Sumber: AP News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Arab Saudi dan Iran resmi memulihkan hubungan diplomatiknya pada hari Kamis (6/4). Dua negara yang sempat menjadi musuh bebuyutan ini berkomitmen untuk menjaga stabilitas kawasan.
Kesepakatan untuk menjalin lagi hubungan diplomatik dicapai di Beijing, sebulan setelah China bertindak sebagai mediator rekonsiliasi awal antara dua kekuatan Timur Tengah tersebut.
Kesepakatan yang lahir hari Kamis juga menunjukkan kepada dunia bahwa China berhasil memainkan peran diplomatik yang sangat penting di Timur Tengah. Langkah yang diambil China ini berpeluang mengakhiri perang panjang di Yaman yang melibatkan Arab Saudi dan Iran.
Dalam cuitannya di Twitter, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan, hubungan diplomatik kedua negara akan melahirkan banyak hal. Mulai dari kerja sama ekonomi, pembukaan kedutaan dan konsulat jenderal, hingga langkah-langkah kolektif lain yang berkaitan dengan stabilitas kawasan.
Baca Juga: Biden dan Macron akan Mengajak China untuk Mendamaikan Perang di Ukraina
Kantor berita resmi Iran, IRNA, mengatakan bahwa selain membuka kembali kedutaan di dua ibu kota, misi diplomatik akan mulai beroperasi di dua kota besar lainnya, yaitu Masyhad di Iran dan Jeddah di Arab Saudi.
Sejalan dengan itu, Saudi Press Agency mengabarkan bahwa dua negara akan segera mengadakan diskusi untuk membuka peluang kerja sama di berbagai bidang yang mampu meningkatkan keamanan, stabilitas, dan kemakmuran dua negara.
Pulihnya hubungan diplomatik Arab Saudi dan Iran menunjukkan bahwa pada dasarnya negara-negara kawasan Timur Tengah memiliki kemauan dan kemampuan untuk menjadi pemimpin dalam mewujudkan perdamaian.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan China siap mendukung kedua belah pihak dalam membina hubungan baik dan mendesak masyarakat internasional untuk membantu negara-negara Timur Tengah menyelesaikan perbedaan mereka.
Baca Juga: Inggris Sepakat Gabung Pakta Perdagangan Bebas Trans-Pasifik CPTPP
"Taktik hegemonik kolonial yang mengobarkan kontradiksi, menciptakan kerenggangan dan perpecahan harus ditolak oleh rakyat di seluruh dunia," kata Mao, seperti dikutip AP News.
Pertemuan hari Kamis di Beijing menjadi pertemuan formal pertama para diplomat senior dari kedua negara sejak 2016, tahun di mana Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran akibat pengunjuk rasa menyerbu pos-pos diplomatik Saudi di sana.
Kerusuhan itu dipicu keputusan Arab Saudi untuk mengeksekusi seorang ulama Syiah terkemuka bersama 46 orang lainnya.
Rivalitas kedua negara bermula dari revolusi 1979 yang mengakhiri monarki Iran yang didukung Barat. Dalam beberapa tahun terakhir, kedua negara telah mendukung kelompok bersenjata dan faksi politik yang berseberangan di berbagai penjuru Timur Tengah.