kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.890.000   -7.000   -0,37%
  • USD/IDR 16.303   29,00   0,18%
  • IDX 7.902   38,89   0,49%
  • KOMPAS100 1.112   4,95   0,45%
  • LQ45 819   3,80   0,47%
  • ISSI 268   1,55   0,58%
  • IDX30 424   1,70   0,40%
  • IDXHIDIV20 488   1,03   0,21%
  • IDX80 123   0,65   0,53%
  • IDXV30 129   0,28   0,22%
  • IDXQ30 137   0,42   0,31%

Pasokan Langka, Harga Minyak Kelapa Naik Tiga Kali Lipat


Rabu, 20 Agustus 2025 / 10:57 WIB
Pasokan Langka, Harga Minyak Kelapa Naik Tiga Kali Lipat
ILUSTRASI. Sejumlah truk mengangkut buah kelapa untuk dimasukan ke dalam pabrik di?PT. Natural Indococonut Organik (NICO)?Desa Kupa-Kupa Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera?Utara, Maluku Utara, Jumat (1/8/2025).PT NICO pabrik kelapa yang terintegrasi di Tobelo Selatan itu memiliki kapasitas produksi sekitar 600.000 butir kelapa per hari untuk dijadikan berbagai jenis olahan produk kelapa seperti santan kelapa, santan coconut creamer, santan mama koko dan air kelapa dan setiap bulan hasil produksinya mencapai 300 ton yang kemudian diekspor ke?Cina, Korea, Canada, Australia,?Hongaria Jerman dan Belanda. ANTARA FOTO/Andri Saputra/bar


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - MUMBAI. Harga minyak kelapa melonjak tajam di Asia. Di India harga minyak kelapa naik hampir tiga kali lipat dalam dua tahun terakhir. Kenaikan ini dipicu kelangkaan pasokan serta meningkatnya permintaan terhadap air kelapa yang kaya nutrisi, menjadikan bahan pokok dapur ini sebagai produk premium.

Minyak kelapa kini mulai tak terjangkau bagi konsumen yang sensitif terhadap harga. Bagi masyarakat yang terbiasa dengan cita rasanya yang khas dalam masakan lokal, mencari alternatif menjadi tantangan tersendiri.

"Saya akan beralih ke minyak bunga matahari olahan yang lebih terjangkau untuk masakan sehari-hari, dan menyimpan minyak kelapa hanya untuk hidangan yang benar-benar membutuhkannya," kata Leelamma Cherian, warga negara bagian Kerala, India selatan dikutip Reuters.

Baca Juga: Harga Emas Sentuh Level Terendah Dalam 3 Pekan, Dipicu Penguatan Dolar AS

Lonjakan harga yang mulai terasa pada paruh kedua tahun 2024 karena gangguan produksi di negara-negara produsen utama, seperti dari India hingga Asia Tenggara. Curah hujan yang rendah, suhu tinggi berkepanjangan, serta serangan hama dan penyakit memperburuk masa panen.

Di India, harga minyak kelapa kini mencapai rekor 423.000 rupee sekitar US$ 4.840 per metrik ton, hampir tiga kali lipat dibanding dua tahun lalu. Secara global, harga melonjak ke rekor tertinggi US$ 2.990 per ton.

Komunitas Kelapa Internasional alias International Coconut Community (ICC) memperkirakan harga global akan tetap tinggi pada paruh kedua 2025 berada di kisaran US$ 2.500 - US$ 2.700 per ton jauh di atas rata-rata tahun 2023 yang hanya sekitar US$ 1.000.

"Meski panen baru dari Asia Tenggara dapat membantu menurunkan harga, sepertinya harga tidak akan turun di bawah US$ 2.000 dalam waktu dekat," pendapat pedagang minyak nabati yang berbasis di Singapura. Ia juga menambahkan harga kemungkinan besar tidak akan menyentuh US$ 1.800 per ton dalam dua tahun ke depan, mengingat minimnya peremajaan perkebunan dan cuaca buruk yang terus berulang. Di saat yang sama, pasokan minyak laurat lainnya juga tengah ketat.

"Kenaikan harga saat ini kemungkinan besar akan menjadi ‘normal baru," tambahnya.

Lonjakan harga juga berdampak pada kelapa muda yang diambil airnya, serta produk lain seperti kopra, santan, dan bubuk kelapa. Industri kosmetik dan perawatan tubuh, yang mengandalkan kandungan asam laurat dalam minyak kelapa, juga ikut tertekan.

"Secara global, produksi minyak kelapa terus menurun karena pohon-pohon yang menua, kurangnya peremajaan, dan terbatasnya benih unggul," ujar Dorab Mistry, direktur Godrej International, perusahaan barang konsumsi asal India.

Departemen Pertanian AS menyebutkan bahwa produksi minyak kelapa dunia pada 2024–2025 hanya sekitar 3,67 juta ton tidak mengalami pertumbuhan signifikan dalam tiga dekade terakhir.

Baca Juga: Boruto: Two Blue Vortex Chapter 25: Link Baca Legal dan Gratis Serta Bocoran Resmi

Perubahan iklim turut memperburuk kondisi. "Cuaca ekstrem seperti kekeringan panjang atau hujan deras tiba-tiba mengganggu produksi," kata Joe Ling, Direktur Eksekutif Linaco Group, pemasok utama asal Malaysia. Menurut dia, satu negara produsen selalu terdampak kalau bukan kekeringan di Indonesia atau Malaysia, kemungkinan besar topan mengganggu panen di Filipina

Fenomena El Niño pada 2023 juga menurunkan hasil panen, namun dampaknya baru terasa pada 2024 karena kelapa membutuhkan hampir setahun untuk matang.

Produksi yang sebelumnya terhambat akibat pandemi Covid-19 juga berkontribusi terhadap kelangkaan saat ini. Kala itu, permintaan dan harga yang anjlok membuat banyak petani meninggalkan perkebunan mereka, sehingga berdampak pada hasil panen saat permintaan kembali naik berkat promosi manfaat kesehatan air kelapa di media sosial.

Meningkatnya permintaan akan air kelapa mendorong petani untuk memanen lebih awal, mengurangi jumlah kelapa matang yang biasa digunakan untuk minyak dan kopra.

Permintaan minyak kelapa dan produk turunannya seperti kopra, krim, dan santan tetap tinggi di negara-negara seperti Inggris, China, Eropa, Malaysia, AS, dan UEA. "Menanggapi tren ini, banyak petani di Indonesia kini lebih memilih mengekspor kelapa utuh ketimbang mengolahnya menjadi minyak," kata Amrizal Idroes, Wakil Ketua Asosiasi Industri Pengolahan Kelapa Indonesia.

Data pemerintah mencatat ekspor minyak kelapa Indonesia turun 15% dari Januari hingga Juni 2025. Sebaliknya, ekspor produk seperti kelapa parut dan tempurung kelapa naik hingga 58% secara tahunan.

Kelangkaan pasokan memicu desakan agar kebijakan perdagangan diubah untuk menjaga ketersediaan di dalam negeri. Di Indonesia, asosiasi industri mendorong penghentian ekspor kelapa selama 6 hingga 12 bulan. Sementara di India, Asosiasi Solvent Extractors meminta pemerintah untuk melonggarkan impor minyak kelapa dan kopra.

Namun, India memberlakukan tarif impor lebih dari 100% dan mewajibkan pedagang untuk mengajukan izin khusus, membuat harga impor tetap tinggi.

Baca Juga: Langkah Cerdas Belanja Lebih Hemat dengan ShopeeVIP

Tingginya harga saat ini mendorong petani untuk memperluas area tanam. Permintaan bibit melonjak hingga banyak pembibitan kehabisan stok, menurut seorang pejabat dari Dewan Pengembangan Kelapa India.

Sayangnya, tanaman baru butuh waktu 4–5 tahun untuk mulai menghasilkan, sehingga harga kemungkinan besar masih akan tetap tinggi dalam waktu dekat.

Selanjutnya: Harga Emas Sentuh Level Terendah Dalam 3 Pekan, Dipicu Penguatan Dolar AS

Menarik Dibaca: 5 Resep Olahan Ayam yang Lezat dan Beda dari Biasanya, Sajian Spesial untuk Keluarga




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×