Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China akan menggelar parade militer besar-besaran pada 3 September mendatang di jantung kota Beijing untuk memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II, setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada 1945.
Parade yang berlangsung di Lapangan Tiananmen itu akan melibatkan puluhan ribu personel militer, ratusan pesawat tempur, pesawat pengebom, hingga perlengkapan tempur darat. Beberapa di antaranya disebut sebagai peralatan baru yang belum pernah ditampilkan ke publik sebelumnya.
Baca Juga: Putin Berharap Bertemu Empat Mata dengan Zelensky, Tapi Trump Ingin Nimbrung
Menurut pejabat militer, parade ini akan menjadi unjuk kekuatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China. Berbagai senjata baru, termasuk rudal anti-kapal dan senjata hipersonik, diperkirakan akan menjadi sorotan. Washington dan sekutu Barat disebut tengah mencermati langkah ini di tengah meningkatnya ketegangan kawasan.
“(Senjata dan peralatan itu) sepenuhnya akan menunjukkan kemampuan militer kita dalam beradaptasi dengan teknologi, mengembangkan pola perang, dan memenangkan konflik di masa depan,” ujar Wu Zeke, Wakil Direktur Parade Militer, kepada wartawan.
Parade yang dijuluki “Hari Kemenangan” itu akan berlangsung selama 70 menit dengan melibatkan 45 kontingen pasukan. Presiden Xi Jinping dijadwalkan hadir dan memimpin langsung prosesi, bersama sejumlah pemimpin asing, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pada parade sebelumnya tahun 2015, lebih dari 12.000 tentara, termasuk dari Rusia, Belarusia, Mongolia, hingga Kamboja, turut serta bersama 500 unit perlengkapan militer dan 200 pesawat tempur.
Namun, sebagian besar pemimpin Barat memilih absen karena khawatir dengan pesan politik di balik pameran kekuatan tersebut.
Saat itu, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menolak hadir, sementara mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair tercatat ikut serta.
Menjelang parade, otoritas Beijing memperketat pengamanan dengan mendirikan pos pemeriksaan, mengalihkan lalu lintas, serta menutup sejumlah pusat perbelanjaan dan gedung perkantoran di pusat kota.
Latihan berskala besar juga telah digelar pada 9–10 dan 16–17 Agustus dengan melibatkan puluhan ribu personel militer, polisi, dan warga sipil sebagai penonton.