kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.739   21,00   0,13%
  • IDX 7.468   -11,36   -0,15%
  • KOMPAS100 1.154   0,16   0,01%
  • LQ45 915   1,77   0,19%
  • ISSI 226   -0,94   -0,41%
  • IDX30 472   1,65   0,35%
  • IDXHIDIV20 569   1,75   0,31%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,25   0,16%

Uni Eropa dukung Prancis, perpecahan dengan AS kian meruncing


Selasa, 21 September 2021 / 11:47 WIB
Uni Eropa dukung Prancis, perpecahan dengan AS kian meruncing
ILUSTRASI. Uni Eropa dukung Prancis, perpecahan dengan AS kian meruncing


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  NEW YORK. Perpecahan antara Amerika Serikat (AS) dengan Uni Eropa (UE) kian meruncing pasca UE menunjukkan dukungan terhadap Prancis terkait keputusan Australia membatalkan kerjasama pembangunan kapal selam nuklir dengan Prancis dan memilih AS dan Inggris.

Melansir Reuters, Selasa (21/9) para menteri luar negeri Uni Eropa menyatakan dukungan dan solidaritas dengan Prancis pada hari Senin (20/9) selama pertemuan di New York untuk membahas pembatalan pesanan kapal selam senilai 40 miliar dolar Australia dengan Paris demi kesepakatan AS dan Inggris.

Berbicara setelah pertemuan tertutup di sela-sela pertemuan tahunan para pemimpin dunia di Markas PBB, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan "lebih banyak kerja sama, lebih banyak koordinasi, lebih sedikit fragmentasi" diperlukan untuk mencapai kawasan Indo-Pasifik yang stabil dan damai di mana China merupakan tujuan utama dan kekuatan utama yang meningkat.

Baca Juga: PM Australia Scott Morrison ragukan kemampuan kapal selam Prancis

Australia mengatakan pekan lalu akan membatalkan pesanan kapal selam konvensional dari Prancis dan sebaliknya membangun setidaknya delapan kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi AS dan Inggris setelah menjalin kemitraan keamanan dengan negara-negara tersebut dengan nama AUKUS. 

"Tentu saja, kami terkejut dengan pengumuman ini," kata Borrell.

Keputusan itu membuat Prancis marah dan sebelumnya pada hari Senin di New York, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian menuduh pemerintahan Presiden AS Joe Biden melanjutkan tren pendahulunya Donald Trump tentang "unilateralisme, ketidakpastian, kebrutalan, dan tidak menghormati sejawat Anda," ucapnya.

Amerika Serikat telah berusaha meredakan kemarahan di Prancis, sekutu NATO. Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden AS Joe Biden akan berbicara di telepon dalam beberapa hari ke depan.

Baca Juga: Belum pernah terjadi sebelumnya, Prancis tarik duta besarnya dari AS dan Australia

"Kami adalah sekutu, kami berbicara dan tidak menyembunyikan strategi yang berbeda. Itu sebabnya ada krisis kepercayaan," kata Le Drian. "Jadi semua itu perlu klarifikasi dan penjelasan. Mungkin butuh waktu," tuturnya.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×