Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - CARACAS. Pemerintah Venezuela memberikan coklat kepada kreditur saat rapat mengenai restrukturisasi utang pada Senin (14/11). Kondisi ini menunjukkan, bahwa pemerintahan Nicolas Maduro sudah kehabisan strategi dalam menghindari default.
Maduro membuat investor bingung pada bulan ini dengan janji yang dibuatnya untuk membayar utang yang membelit Venezuela. Dia juga berupaya untuk melakukan restrukturisasi dan refinancing.
Baik restrukturisasi dan refinancing tampak tidak masuk akal, seiring sanksi yang diberlakukan AS ke negara yang tengah mengalami krisis ini. Default atau kegagalan dalam membayar utang akan kian memperburuk krisis ekonomi Venezuela.
Pertemuan yang dihelat pada Senin kemarin terbilang singkat dan membingungkan. Rapat itu dihadiri oleh pejabat tinggi senior Venezuela yang sudah masuk daftar hitam Amerika. Tidak ada kejelasan bagaimana Maduro akan menjalankan strateginya, hingga bagaimana nasib para pemegang obligasi.
Itu artinya, Venezuela masih dilingkupi dilema mengenai apakah akan membayar utang dan mengenyampingkan warganya yang kini kelaparan dan sakit, atau menyatakan default kepada kreditur dan membakar jembatan yang menghubungkan Venezuela ke sistem finansial global.
Namun, harga obligasi masih mempertahankan reli pekan lalu. Bahkan ada salah satu investor yang mengatakan bahwa mereka merasa lega karena dalam pertemuan tersebut tidak ada pengumuman mengenai default.
"Tidak ada penawaran, tidak ada persyaratan, tidak ada strategi, tidak ada apa-apa!" kata salah satu pemegang saham saat meninggalkan pertemuan tersebut setelah ikut rapat selama 1,5 jam.
"Itu adalah kesempatan yang tidak terjawab," kata peserta lain, yang meninggalkan ruang rapat dengan membawa tas hadiah berwarna-warni yang terbuat dari bahan daur ulang berisikan coklat dan kopi Venezuela.
Menurut saksi mata, investor masuk disambut dengan red carpet dan disambut oleh poster pendahulu Maduro Hugo Chavez di pintu masuk ruang rapat di dalam.
Sekitar 100 investor, termasuk pemegang saham dari New York, dan sejumlah pengacara yang mewakili para kreditur, telah tiba.
Ketua negosiator utang Wakil Presiden Tareck El Aissami dan Menteri Ekonomi Simon Zerpa turut menghadiri pertemuan tersebut. Keduanya berada dalam daftar pejabat korup yang terkena sanksi AS.
Mereka bertemu dengan sejumlah pemegang obligasi, sementara beberapa yang lainnya menanti di luar ruangan karena mencemaskan mengenai konsekuensi dari pertemuan tersebut. AS sebelumnya mengingatkan para pemegang saham bahwa mereka dapat menghadapi penalti keras jika menjalin kesepakatan dengan pejabat Venezuela yang kerkena sanksi.
Mereka yang menghadiri rapat tersebut mengatakan, El Aissami mengeluarkan protes atas perlakuan tidak adil oleh institusi finansial global, termasuk sanksi Presiden AS Donald Trump yang ditujukan agar Venezuela tidak dapat mengeluarkan surat utang baru.
Kata salah seorang peserta, El Aissami mendeskripsikan otoritas finansial AS "lebih buruk daripada Inkuisisi Suci".
Dia juga mengatakan kepada kreditur bahwa Deutsche Bank akan segera menghentikan beberapa layanan keuangan ke Venezuela.
Deutsche Bank menolak berkomentar mengenai hal ini.
Secara terpisah, Uni Eropa menyetujui sanksi ekonomi dan embargo senjata ke Venezuela pada hari Senin, meskipun belum menyebutkan siapa yang akan dikenai sanksi.
Meski demikian, pelaku pasar tetap optimistis Venezuela akan membayar hutangnya, meskipun ada penundaan karena meningkatnya kewaspadaan bank.
Venezuela telah melakukan pembayaran yang nilainya hampir US$ 2 miliar dalam dua minggu terakhir, meskipun tertunda.
Tapi beberapa investor tetap merasa cemas, janji Maduro untuk merestrukturisasi dan membiayai kembali utang negaranya akan gagal. Investor juga cemas, pemerintahan Maduro sebenarnya membuka peluang untuk default.