kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Wall Street Meroket Sepanjang Kuartal Pertama 2024


Jumat, 29 Maret 2024 / 20:56 WIB
Wall Street Meroket Sepanjang Kuartal Pertama 2024
ILUSTRASI. Wall Street mengawali tahun 2024 dengan lonjakan.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID -  NEW YORK. Wall Street mengawali tahun 2024 dengan lonjakan. Optimisme terhadap perekonomian dan penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) dikombinasikan dengan kegembiraan atas peluang bisnis dalam bidang kecerdasan buatan (AI) yang akan menciptakan dampak positif bagi pasar saham.

S&P 500 telah naik lebih dari 10,79% sepanjang tahun ini dan membukukan kenaikan kuartal pertama terbesar sejak tahun 2019. Indeks acuan pada akhir Januari mencapai rekor tertinggi pertamanya dalam dua tahun, seiring dengan lonjakan yang terjadi pada akhir tahun 2023. S&P 500 mencatatkan lebih dari selusin titik tertinggi tanpa penurunan yang signifikan sejak awal 2024.

Nasdaq Composite yang sarat teknologi pada akhir Februari juga mencatat rekor tertinggi pertamanya sejak November 2021. Setara dengan kenaikan S&P 500, Nasdaq melonjak 10,93% di kuartal pertama. Sementara indeks saham blue chip Dow Jones Industrial Average menguat 5,55% di kuartal pertama.

Kunci dari peningkatan tahun ini adalah kepercayaan dari para investor bahwa perekonomian akan memasuki kondisi soft landing. Soft landing ditandai dengan inflasi yang moderat namun perekonomian terhindar dari penurunan yang parah.

Baca Juga: IHSG Turun 0,83% Sepekan Terakhir Maret, Intip Saham Gainers & Losers Bursa

Menurut survei bulanan terbaru BofA Global Research yang diterbitkan pada bulan Maret, hampir dua pertiga pengelola dana melihat soft landing sebagai hasil yang paling mungkin terjadi bagi perekonomian AS dalam 12 bulan ke depan. Sementara hanya 11% fund manager yang memproyeksikan hard landing.

Pertemuan Federal Reserve yang dovish bulan ini juga telah mengangkat sentimen investor. The Fed tetap mempertahankan pandangannya terhadap tiga kali penurunan suku bunga tahun ini sambil meningkatkan prospek ekonomi AS.

Saham telah mampu menahan kenaikan imbal hasil Treasury, setelah kenaikan imbal hasil menjadi titik tekanan bagi instrumen saham pada tahun 2023. Imbal hasil pada obligasi Treasury 10-tahun yang menjadi acuan terakhir berada di kisaran 4,2%, naik dari 3,86% pada akhir tahun lalu.

“Saat kuartal kedua dimulai, kami masih melihat latar belakang jangka pendek yang lebih mendukung pengambilan risiko,” kata ahli strategi di BlackRock Investment Institute dalam sebuah catatan minggu ini. 

Blackrock Investment Institute menambahkan, selera risiko yang optimis dapat meluas ke luar bidang teknologi karena semakin banyak sektor yang mengadopsi AI. "Kepercayaan pasar didukung oleh pesan-pesan Fed baru-baru ini dan penurunan inflasi secara umum,” imbuh Blackrock.

Baca Juga: Naik 0,22% di Kuartal Pertama 2024, Ini Perbandingan IHSG di Bursa Asia

Optimisme tersebut telah membantu mendongkrak valuasi saham. Rasio forward price-to-earnings S&P 500 telah naik menjadi 21, level tertinggi dalam lebih dari dua tahun, menurut LSEG Datastream.

Pasar saham terus didorong oleh beberapa perusahaan megacap yang memimpin pada tahun 2023. Tetapi setelah semua saham teknologi dan pertumbuhan "Magnificent Seven" membukukan keuntungan besar pada tahun 2023, tahun ini mereka berpencar.

Nvidia terus bersinar, melonjak lebih dari 80% sepanjang tahun ini didorong oleh chip standar emas untuk AI. Meta Platforms juga menjadi pemenang besar tahun ini, melonjak 37%, dengan perusahaan induk Facebook menerbitkan dividen pertamanya pada bulan Februari.

Kondisi saham megacap lainnya tidak berjalan dengan baik. Saham Apple telah merosot 11%, karena pembuat iPhone tersebut dirugikan oleh tekanan pada bisnisnya di Tiongkok dan dari regulator antimonopoli. Tesla telah anjlok 29% karena kekhawatiran terhadap permintaan kendaraan listrik.

Baca Juga: Wall Street Mixed, S&P 500 Naik ke Posisi Kuartal Pertama Terkuat Sejak 2019

Magnificent Seven berkontribusi atas 40% kenaikan year-to-date S&P 500 pada akhir pekan lalu, menurut Indeks S&P Dow Jones. Bandingkan dengan pangsa pasar kelompok megacap yang mencapai lebih dari 60% pada tahun lalu.

Saham-saham lain telah membantu mengatasi penurunan tersebut tahun ini, mengindikasikan reli yang semakin meluas.

Sektor layanan teknologi dan komunikasi, sektor yang menampung lima dari Magnificent Seven, termasuk di antara sektor-sektor S&P 500 teratas sepanjang tahun ini. Namun sektor energi, keuangan, dan industri juga mengungguli S&P 500.

"Kinerja baru-baru ini memberikan tanda-tanda awal bahwa investor mulai mencari peluang di luar Big Tech dan mengantisipasi suku bunga yang lebih rendah akhir tahun ini," kata Anthony Saglimbene, kepala strategi pasar di Ameriprise, dalam komentar pasar yang dikutip Reuters.

Investor juga terpaku pada perusahaan mana yang akan memperoleh manfaat dari peningkatan penggunaan AI. Nvidia telah menjadi contoh utama antusiasme AI. 

Tetapi sejumlah pembuat chip dan saham teknologi lainnya juga mencatatkan keuntungan besar, termasuk Super Micro Computer dan Arm Holdings. Sebagai tanda terbaru dari semangat AI, saham perusahaan chip Astera Labs naik lebih dari dua kali lipat dari harga penawaran umum perdananya seminggu yang lalu.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×