Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Otoritas Amerika Serikat (AS) mendakwa warga negara Singapura, Malone Lam, sebagai pemimpin sindikat kejahatan beranggotakan 13 orang yang diduga mencuri ratusan juta dolar dalam bentuk mata uang kripto.
Melansir laman Channelnewsasia.com Selasa (20/5), pemuda berusia 20 tahun itu sebelumnya telah didakwa mencuri aset kripto senilai US$230 juta (sekitar Rp3,7 triliun) dari satu korban di Washington DC.
Baca Juga: Umumkan Nakhoda Baru, Ini Sosok William Sutanto CEO Baru Indodax
Dalam dakwaan terbaru, jaksa federal menyatakan Lam berperan sebagai otak dalam skema penipuan yang melibatkan belasan orang lainnya.
Salah satu metode unik mereka termasuk menyembunyikan uang tunai hasil kejahatan di dalam boneka "squishmallow" dan mengirimkannya ke berbagai lokasi di AS untuk membayar anggota sindikat.
Lam hadir di pengadilan Washington DC pada Senin (19 Mei) dan menyatakan tidak bersalah atas dakwaan tambahan tersebut.
Para tersangka disebut menjalin pertemanan melalui platform gim daring dan kemudian menyusun rencana untuk mencuri dana dari dompet kripto, mengonversinya ke dolar AS, lalu mencucinya agar tidak terlacak. Total nilai kerugian diperkirakan mencapai US$263 juta.
Lam disebut sebagai tokoh sentral dalam operasi ini dan disebut dalam dakwaan sebagai salah satu dari dua pemimpin kelompok tersebut.
Jaksa Wilayah Columbia menyebut Lam dan rekannya, Conor Flansburg (21 tahun), sebagai pengatur utama strategi untuk mengidentifikasi dan menargetkan para pengguna aset kripto bernilai tinggi.
Baca Juga: Harga Bitcoin Kembali ke US$106.000, Tengok Cara Jual-Beli Aset Kripto Resmi
Gaya Hidup Mewah
Dalam kasus sebelumnya, Lam didakwa mencuri 4.100 Bitcoin dari satu korban pada Agustus 2024, yang saat itu bernilai lebih dari US$230 juta.
Uang tersebut diduga digunakan untuk membiayai gaya hidup mewah, termasuk kunjungan ke klub malam dengan pengeluaran hingga setengah juta dolar per malam, serta membeli sedikitnya 28 mobil mewah, beberapa di antaranya bernilai hingga US$3,8 juta per unit.
Ia juga dilaporkan membeli pakaian desainer bernilai puluhan ribu dolar, serta menyewa rumah mewah di kawasan elit seperti Los Angeles, Hamptons, dan Miami.
Jaksa menyatakan Lam dan Flansburg terus menjalankan operasi mereka untuk mencari korban baru dan berhasil mencuri tambahan US$14 juta dari salah satu korban lainnya.
Baca Juga: Minat Investor pada Bitcoin Naik, Transaksi Kripto Rp 32,45 Triliun per Maret 2025
Kelompok ini juga melakukan pembobolan rumah. Dalam satu kasus, seorang anggota diduga masuk ke rumah korban di New Mexico untuk mencuri perangkat keras dompet mata uang digital.
Aset digital yang dicuri tersebut kemudian dikonversi menjadi uang tunai, lalu dikirimkan ke anggota kelompok yang tersebar di berbagai tempat—dengan disamarkan dalam boneka mainan "squishmallow".
Kendalikan Sindikat dari Balik Jeruji
Meskipun telah ditangkap pada September lalu, Lam diduga tetap mengatur jalannya sindikat dari balik penjara.
Ia disebut masih berkomunikasi dengan para anggota untuk memberikan arahan dan menerima laporan kegiatan selama masa penahanan menjelang persidangan musim gugur ini.
Ia bahkan diduga memerintahkan pembelian tas mewah untuk dikirimkan kepada kekasihnya di Miami.
Baca Juga: Bitcoin Bisa Tembus US$250.000 di 2025, Kata Analis Kripto Scott Melker
Ke-13 tersangka, termasuk Lam, didakwa berdasarkan Undang-Undang Organisasi yang Dipengaruhi dan Korupsi (RICO Act), yang biasa digunakan untuk menjerat kelompok kejahatan terorganisir di AS.
Pengacara Lam, Scott Armstrong, mengatakan kepada CNA bahwa "Malone Lam menantikan untuk menjalani proses persidangan di hadapan juri." Sidang dijadwalkan akan dimulai pada bulan Oktober mendatang.
Jika terbukti bersalah, Lam terancam hukuman lebih dari 20 tahun penjara, denda hingga US$250.000, atau denda sebesar dua kali nilai keuntungan yang diperoleh dari kejahatan tersebut.