Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Sektor perbankan Singapura, termasuk pengelolaan kekayaan alias wealth management, memiliki risiko pencucian uang tertinggi. Demikian pernyataan pemerintah Singapura dalam laporan penilaian risiko pencucian uang yang diterbitkan Kamis (20/6).
Bank mempunyai eksposur yang lebih tinggi terhadap ancaman pencucian uang dan lebih mudah dieksploitasi karena besarnya volume transaksi yang mereka tangani dan eksposur mereka terhadap nasabah dari yurisdiksi berisiko tinggi, sebut Kementerian Dalam Negeri, Bank Sentral dan Kementerian Keuangan Singapura dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Reuters.
Laporan ini merupakan laporan penilaian risiko nasional terbaru sejak laporan sebelumnya diterbitkan pada tahun 2014. Temuan-temuan dalam laporan terbaru ini akan memandu upaya berkelanjutan untuk memastikan bahwa rezim anti pencucian uang Singapura seimbang dengan risiko-risiko yang teridentifikasi.
Laporan ini muncul setelah Singapura membongkar jaringan pencucian uang senilai US$ 2,24 miliar yang dijalankan orang asing, dan 10 pelanggar telah dijatuhi hukuman pada 10 Juni lalu.
Para penjahat menyimpan uang di rekening bank di Singapura dan mengonversikannya menjadi real estat, mobil, tas, dan perhiasan.
Baca Juga: Peringkat Daya Saing Indonesia Naik ke 27 di Dunia, Lampaui Jepang Hingga Inggris
Sejak kasus pencucian uang muncul tahun lalu, pemerintah Singapura telah membentuk panel antar kementerian untuk meninjau rezim anti pencucian uang dan mempertajam pengawasan terhadap masuknya kekayaan dan orang-orang kaya.
Dalam laporan penilaian risiko yang baru, Singapura mengatakan ancaman utama pencucian uang berasal dari penipuan, khususnya penipuan yang dimungkinkan oleh dunia maya. Lalu, kejahatan terorganisir, korupsi, kejahatan perpajakan, dan pencucian uang berbasis perdagangan.
Laporan tersebut juga mengidentifikasi sektor-sektor berisiko baru yang tidak termasuk dalam laporan sebelumnya. Contohnya, penyedia layanan token pembayaran digital dan dealer batu mulia dan logam mulia.
“Posisi Singapura sebagai pusat keuangan internasional dan sebagai pusat perdagangan dan transit dengan ekonomi yang sangat berorientasi eksternal membuat Singapura menghadapi risiko para penjahat yang mengeksploitasi keterbukaan ekonomi, sistem keuangan, dan infrastruktur bisnis kita untuk mencuci atau memindahkan dana dan aset terlarang,” sebut pernyataan itu.
Singapura mendapat manfaat dari kuatnya arus masuk kekayaan ke Asia karena stabilitas politiknya, pajak yang rendah, dan kebijakan yang menguntungkan.
Baca Juga: Konflik di Laut China Selatan Memanas, Filipina Mulai Berani Hadapi China
Pusat keuangan Asia ini memiliki aset yang dikelola sebesar S$ 4,9 triliun (US$ 3,6 triliun) pada tahun 2022. Pada akhir tahun 2022, 76% aset yang dikelola Singapura berasal dari luar Singapura.
Jumlah kantor keluarga atau perusahaan terpadu yang mengelola portofolio orang-orang kaya di negara kota tersebut meningkat menjadi sekitar 1.400 pada tahun lalu dari 1.100 pada tahun lalu, menurut statistik pemerintah.