kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Zuckerberg bungkam soal skandal data, saham Facebook masih dilanda aksi jual


Rabu, 21 Maret 2018 / 18:06 WIB
Zuckerberg bungkam soal skandal data, saham Facebook masih dilanda aksi jual
ILUSTRASI. Orang Terkaya di Dunia - Mark Elliot Zuckerberg


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Saham Facebook kembali melorot. Bahkan penurunannya mencapai 2% sebelum pembukaan market pada Rabu (21/3). Dengan demikian, aksi jual saham Facebook sudah terjadi selama tiga hari beruntun akibat skandal pembobolan data.

Mengutip Reuters, sejak Senin (19/3) lalu, nilai kapitalisasi market Facebook sudah tergerus hampir US$ 50 miliar.

Pada akhir pekan lalu, media AS ramai-ramai melaporkan bahwa perusahaan konsultan dan advertising Cambridge Analytica menerima data melalui pengembang aplikasi di jaringan sosialnya, dan ini melanggar kebijakan Facebook. Perusahaan tersebut memanen data dari 50 juta pengguna tanpa izin.

Parlemen AS dan Eropa ingin mendengar langsung dari Zuckerberg alasan perusahaan konsultan tersebut bisa mengambil data tanpa izin. Sementara tekanan ini berlanjut, investor saham khawatir, Facebook akan dijatuhi regulasi lebih berat.

Informasi saja, Cambridge Analytica merupakan perusahaan data politik yang bekerjasama dengan tim kampanye Presiden Donald Trump pada 2016.

Facebook sendiri membantah tuduhan adanya pembobolan data. Sejauh ini, Chief Executive Facebook Mark Zuckerberg masih tetap bungkam atas isu skandal tersebut.

Dalam penyamaran oleh Channel 4 News Inggris, para senior eksekutif di Cambridge Analytica mengklaim bahwa mereka menjalankan semua operasi digital untuk kampanye Trump 2016, dan secara terpisah menyarankan mereka dapat menggunakan teknik jebakan seperti suap dan pekerja seks untuk membantu politisi di negara lain mendiskreditkan lawan mereka.

Cambridge Analytica menuding reporter Channel 4 menggunakan tipuan sehingga menyebabkan para eksekutifnya membuat klaim tersebut. Disebutkan juga, Cambridge Analytica tidak pernah mengklaim pihaknya memenangkan pemilu untuk Trump. Terkait hal ini, Cambridge Analytica mensuspensi CEO Alexander Nix, yang kedapatan dalam aksi penyamaran Channel 4.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×