kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akankah, kelak, kita terpaksa beli saham Go-Jek lewat bursa saham Singapura?


Sabtu, 20 Januari 2018 / 09:17 WIB
Akankah, kelak, kita terpaksa beli saham Go-Jek lewat bursa saham Singapura?
ILUSTRASI. Armada Go-jek


Reporter: Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Singapore Exchange Ltd (SGX), bursa efek Singapura, siap-siap mengizinkan perusahaan menjajakan saham dual-classes. Rencana ini bertujuan menarik minat perusahaan-perusahaan teknologi untuk menjual sahamnya lewat bursa setempat. 

Saham dual-classes adalah saham-saham dengan kelas berbeda. Biasanya, dalam konteks bursa saham, saham-saham jenis ini memberikan bobot pemungutan suara (vote) yang berbeda antara pemegang saham pendiri dengan pemegang saham publik.

Bukan rahasia lagi bahwa keberadaan saham dual classes di bursa akan menarik minat perusahaan-perusahaan start up. Para analis menduga jurus baru bursa Singapura ini memang disiapkan untuk memikat penjualan saham perdana alias initial public offering (IPO) raksasa-raksasa start up Asia seperti Grab, Go-Jek, Tokopedia, serta Flipkart dari India.  

Rencana SGX ini memang sejalan dengan strategi Singapura yang berambisi menjadi hub fintech dan teknologi baru dengan menyediakan sumber pendanaan dan regulasi yang lebih nyaman. 

"Singapura sedang berupaya keras untuk bertransisi ke ekonomi baru dan kami siap dikenal sebagai hub terkemuka bagi perusahaan-perusahaan rintisan," kata CEO SGX Loh Boon Chye, Jumat (19/1), kemarin, seperti dikutip Reuters.  

"Beberapa perusahaan startup ini mungkin memerlukan sebuah struktur permodalan yang mendukung peningkatan skala bisnis secara cepat mereka," sambungnya, merujuk pada saham dual-classes.

Pucuk pimpinan SGX itu juga menegaskan bahwa saham dual-classes bukan satu-satunya langkah yang hendak mereka ayunkan. Kebijakan yang lengkap dia perkirakan akan terbit akhir kuartal ini. Lalu, IPO pertama yang memanfaatkan regulasi ini dia harapkan segera berlangsung setelahnya.

Hong Kong lebih dulu pasang jurus serupa

Sudah menjadi karakter perusahaan-perusahaan start up untuk menumbuhkan nilai perusahaan secara sangat cepat. Untuk mengejar kecepatan pertumbuhan itu, para pemiliknya rela mengorbankan perolehan laba.

Injeksi-injeksi modal segar yang mereka peroleh terus menerus dimanfaatkan untuk memperbesar skala usaha dengan menggeber berbagai program promosi bagi pelanggan dan bonus bagi mitra bisnis.

Oleh sebab itu selama ini pemodal utama perusahaan-perusahaan rintisan datang dari kalangan investor malaikat (angel investor) yang bersedia menginjeksi modal tanpa buru-buru mendapat bagian laba.

Di lain sisi, umumnya, investor di bursa saham menghendaki perusahaan yang sahamnya mereka beli menghasilkan laba sebesar-besaranya secara kontinyu. Mereka memprioritaskan laba ketimbang skala bisnis.

Nah, dengan adanya struktur modal berupa saham dual-classes, dua kepentingan berbeda kutub ini bisa bertemu di bursa.

Bobot vote yang berbeda memungkinkan para pendiri start up bisa menghimpun modal lebih luas dan besar lewat bursa saham, tanpa kehilangkan peluang untuk terus mengendalikan perusahaan dan memprioritaskan pertumbuhan skala bisnis.

Regulasi yang ramah bagi start up ini juga baru beberapa pekan lalu terbit di Hong Kong Stock Exchange (HKEX). Otoritas bursa setempat menerbitkan kebijakan saham dual classes untuk menarik minat jawara-jawara start up asal China. 

Mereka tidak rela perusahaan-perusahaan rintisan China berbondong-bondong menggelar IPO di New York Stock Exchange, bukan di Hong Kong. 

Nah, akankah, kelak, kita kudu menjadi investor di bursa saham Singapura atau Hong Kong untuk belanja saham jagoan-jagoan star up Indonesia? Yuk, kita tunggu jurus antisipasi dari Bursa Efek Indonesia. 




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×