kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

China menambah obligasi AS


Rabu, 18 Desember 2013 / 09:00 WIB
China menambah obligasi AS
ILUSTRASI. Promo Tokopedia Buat Liburan dengan Cashback s.d Rp500.000 Pakai Gopay & Gopaylater


Sumber: Bloomberg | Editor: Dessy Rosalina

WASHINGTON. China seakan tak gentar terhadap ancaman pengetatan stimulus oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Tengok saja, sepanjang bulan Oktober kemarin, Negeri Tembok Raksasa getol menambah kepemilikan saham di obligasi AS.

Entah apa rencana China, yang pasti, sepanjang bulan Oktober 2013, China membeli surat utang AS sebesar
US$ 10,7 miliar. Jumlah itu meningkat 0,8% dibandingkan bulan sebelumnya.

Total jeneral, China kini memiliki obligasi AS sebesar US$ 1,3 triliun. Mengutip data The Fed, China masih menyandang predikat debitur AS terbesar. Kepemilikan China di obligasi AS seakan tidak terganggu oleh niat The Fed. Pasalnya, harta China dalam bentuk obligasi AS hampir menyentuh rekor tertinggi pada Juli 2011 lalu. 

Kala itu, China memboyong obligasi AS mencapai US$ 1,31 triliun. Selera investor asing terhadap obligasi AS juga seirama dengan China. Pada akhir Oktober, investor asing membeli obligasi AS sebesar US$ 600 juta. Angka ini naik 0,01% menjadi US$ 5,65 triliun.

Pekan ini bisa menjadi jawaban aksi China. Selama dua hari, 17 Desember -18 Desember, The Fed bakal mengetuk palu soal kebijakan stimulus. Pelaku pasar meramal, The Fed bakal sekali lagi menunda pengurangan stimulus. Coba tengok survei terbaru Bloomberg. Sebagian besar atau 66% ekonom yang disurvei menyatakan, bank sentral AS itu akan membatalkan niatan mengurangi stimulus hingga tahun depan. 

Alat intervensi

Menumpuknya cadangan devisa China menjadi salah satu faktor pemicu. Di akhir kuartal III 2013 lalu, cadangan devisa China bertambah US$ 166 miliar menjadi US$ 3,66 triliun.

Ini adalah rekor cadangan devisa tertinggi sepanjang sejarah. “Ini menjadi alat China mengintervensi nilai tukar andaikan The Fed menunda," ujar John Briggs, Analis RBS Securities, mengutip Bloomberg, Selasa (17/12).

Prediksi Briggs, jika The Fed menunda pengetatan stimulus, investor bakal membanjiri negara berkembang dengan hot money. Tiongkok menjadi salah satu tujuan hot money.

Sementara, Hong Kong mengekor aksi China. Hong Kong menambah kepemilikan di obligasi AS sebesar 7,8% atau US$ 9,8 miliar. Total, Hong Kong membenamkan investasi sebesar US$ 136,3 miliar di obligasi AS pada akhir Oktober lalu.

Sedikit berbeda, Jepang sebagai debitur utang AS terbesar kedua, mengurangi porsi sebesar 0,3% menjadi US$ 1,17 triliun pada Oktober 2013.

Selera Luksemburg pada obligasi AS juga menyusut. Luksemburg menjual US$ 7,8 miliar atau 5,5% dari total kepemilikan. Luksemburg mendekap obligasi AS US$ 133,3 miliar atau turun 14% dibandingkan akhir tahun 2012.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×