Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Konsulat China di Melbourne mengingatkan para pelajar China akan potensi ancaman atas keamanan mereka seiring munculnya serangkaian serangan.
"Baru-baru ini, ada beberapa kasus penyerangan terhadap siswa China di berbagai belahan kota di Australia," kata konsulat tersebut dalam sebuah pernyataan yang dimuat di situsnya pada hari Selasa.
"Kami mengingatkan semua siswa asing China di Australia untuk mewaspadai kemungkinan risiko keselamatan di Australia," demikian bunyi peringatan tersebut yang ditulis dalam bahasa Mandarin.
Konsulat tidak menyebutkan secara spesifik contoh kasus siswa yang menjadi sasaran penyerangan, namun mendesak siapa saja yang berada dalam situasi berbahaya untuk menghubungi polisi dan melaporkan kejadian tersebut ke kedutaan atau konsulat setempat.
Pada Oktober lalu, tiga siswa dari China diduga diserang oleh dua pemuda di sebuah terminal bus Canberra setelah mereka menolak permintaan untuk memberi mereka rokok. Salah satu siswa memerlukan perawatan di rumah sakit dan kedua pemuda Australia tersebut kemudian ditangkap.
The Sydney Morning Herald melaporkan, kasus tersebut memicu protes di kalangan masyarakat Tionghoa setempat yang meminta pemerintah untuk bertindak. Mereka memperingatkan bahwa serangan tersebut, dapat merusak reputasi ibukota Australiasebagai tujuan yang aman bagi mahasiswa asing dan juga sikap China terhadap Australia.
Dalam insiden lainnya pada Agustus, seorang sarjana dari Universitas Nasional Australia dituduh menyerang tutor dan teman sekelasnya dengan tongkat baseball. Empat siswa China membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Meskipun belum diketahui insiden mahasiswa China yang diserang di Melbourne, poster anti-Cina dipasang di dua universitas di kota tersebut pada Juli lalu sebelum akhirnya dicabut dan dikecam oleh otoritas akademisi.
Menurut data dari Australian Department of Education and Training, Australia adalah salah satu tujuan terpopuler bagi mahasiswa China. Pada tahun 2015, jumlah siswa China mencapai 27% dari total jumlah siswa internasional di negara ini.
Namun ketegangan antara Canberra dan Beijing telah berkembang di tahun lalu karena dugaan campur tangan politik China dalam politik dan diplomasi Australia.
Senator Partai Buruh Australia Sam Dastyari mengumumkan pengunduran dirinya pekan lalu setelah dituduh terlalu dekat dengan para donor China, termasuk pengusaha China-Australia kaya Huang Xiangmo. Dastyari juga menghadapi tuduhan bahwa dia telah menolak kebijakan partainya untuk mendukung penjagaan jarak dengan China dalam perselisihan Laut Cina Selatan.
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull secara terbuka telah memperingatkan atas campur tangan China dalam proses politik negara tersebut.
Beijing marah dan membantah tuduhan bahwa pihaknya telah mencamputi urusan politik Australia. Dalam sebuah editorial minggu lalu, People's Daily, menulis bahwa tuduhan campur tangan China oleh media dan pemerintah Australia "bias dan paranoid".