kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wertheimer ingin Chanel jadi obsesi wanita (2)


Rabu, 13 Januari 2016 / 14:48 WIB
Wertheimer ingin Chanel jadi obsesi wanita (2)


Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi

Kerja keras adalah kunci sukses bagi Alain Wertheimer. Meski tinggal meneruskan bisnis rumah mode yang sudah kondang sejak lama, namun rupanya bukan pekerjaan mudah bagi Alain. Ia ditantang membesarkan bisnis House of Chanel. Kerja keras Alain tak sia-sia. Bersama saudaranya, Gerard Paul Philipe Wetheirmer, ia berhasil membuat bisnis rumah mode warisan keluarga kian besar dan produk fesyen bermerek Chanel tetap kondang.

Menjalankan bisnis keluarga yang merupakan warisan turun temurun ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. Alain Wertheimer harus berjuang keras agar bisnis warisan keluarga bertahan serta bisa menambah pundi-pundi kekayaan.

Pria kelahiran 28 September 1948 itu merupakan generasi ketiga dalam menjalankan bisnis rumah mode, House of Chanel. Dia bersama dengan saudara laki-lakinya, Gerard Paul Philipe Wertheimer dinilai menjadi orang yang paling berjasa atas kesuksesan rumah mode Chanel hingga saat ini. Sebab ayah Alain, Jacques Wertheimer dinilai tidak berhasil memimpin perusahaan.

Jacques lebih tertarik pada bisnis pacuan kuda dan kebun anggur ketimbang membesarkan bisnis rumah mode Chanel. Melihat sang ayah yang frustasi dan berkinerja buruk saat menjalankan bisnis Chanel, Alain yang masih berusia 25 tahun maju mengambil alih tugas sang ayah.

Pengalamannya yang masih minim menuai banyak cemoohan dari kalangan direksi di perusahaan. Namun Alain pantang menyerah. Ia justru mengajukan petisi kepada dewan pengawas perusahaan untuk membiarkannya mengambil alih perusahaan dari tangan ayahnya.

Kesuksesan awal yang dilakukan oleh Alain adalah berhasil menyelesaikan konflik kepemilikan rumah mode Chanel. Sengketa atas bisnis yang dirintis oleh kakek Alain, Pierre Wertheimer bersama dengan partner bisnis Gabrielle Bonheur Chanel (Coco Chanel) terjadi sekitar tahun 1970-an. Kala itu, Coco Chanel ingin memiliki porsi saham lebih besar dibanding keluarga Wertheimer.

Alain muda pun membuat gebrakan dengan membayar uang royalti sebesar 2% dari total penjualan kepada Coco Chanel. Tak hanya itu, Alain juga ikut membayar pajak Coco Chanel.

Riak konflik itu sebetulnya sudah lama terjadi. Saat penjajahan Nazi, keluarga Wertheimer yang seorang Yahudi terpaksa mengungsi dan melepas sementara bisnis Chanel. Keluarga Wertheimer kemudian menjalankan bisnis Chanel di luar Prancis. Bisnis di Prancis dipegang Coco Chanel. Sejak saat itu, riak konflik kepemilikan rumah mode Chanel muncul.

Usai konflik berakhir, Alain pun lebih leluasa menjalankan strategi bisnisnya. Dalam menjalankan bisnisnya, Alain menerapkan bisnis dalam skala investasi jangka panjang. Hal ini tercermin dari caranya yang melakukan ekspansi bisnis ke seluruh dunia.

Alain menyebut, salah satu kunci sukses Chanel bukanlah menjual produk fesyen seperti tas atau parfum semata. "Kami menjual mimpi," tandasnya kepada media Prancis.

Mimpi tersebut dijual kepada perempuan yang menginginkan barang mewah sehingga merek Chanel tidak sekedar produk pasaran. Tapi menunjukkan status sosial seorang wanita kelas atas.  

Langkah tersebut diambil oleh Alain karena ingin merek Chanel menjadi produk para bintang. Strategi tersebut ternyata berhasil. Chanel hingga kini menjelma sebagai produk barang mewah yang menjadi obsesi perempuan dunia. Perempuan China bahkan selalu memburu merek ini.

Alain dan adik laki-lakinya, Gerard boleh dibilang pengusaha yang tertutup. Keduanya jarang sekali bertemu dengan media membicarakan strategi bisnis perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas bisnis Chanel.

Dengan cara ini, Alain juga bisa menjaga riak konflik kepemilikan saham tidak tumbuh lagi. Ia mengaku tidak menginginkan sengketa saham Chanel muncul. Makanya, pria dengan tiga orang anak ini juga lebih suka tinggal di Amerika Serikat ketimbang di Prancis yang menjadi pusat Coco Chanel.                           

(Bersambung)




TERBARU

[X]
×