kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berbeda dengan Twitter, Facebook masih beri toleransi untuk iklan politik


Kamis, 31 Oktober 2019 / 17:23 WIB
Berbeda dengan Twitter, Facebook masih beri toleransi untuk iklan politik
ILUSTRASI. Aplikasi Twitter terlihat di layar ponsel 3 Agustus 2017.


Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Media sosial Twitter mengumumkan menolak iklan politik ada di platform media sosial mereka mulai November ini. Seperti diberitakan Reuters, pengumuman itu datang dari CEO Twitter Jack Dorsey.

"Kami telah membuat keputusan untuk menghentikan semua iklan politik di Twitter secara global," kata Dorsey. Menurutnya "Jangkauan pesan politik harus diperoleh, bukan dibeli,” ujarnya.

Baca Juga: Eropa ancam Facebook, Google, dan Twitter untuk atasi hoax, kalau tidak...

Langkah Twitter ini agak berbeda dengan Facebook, pesaingnya di media sosial. Facebook yang sedang menghadapi tekanan yang semakin besar untuk berhenti membawa iklan yang menyebarkan informasi palsu yang dapat mengarahkan pemilihan. 

Facebook memang telah berjanji upaya untuk menangani informasi yang salah setelah propaganda Rusia di platform itu terlihat mempengaruhi hasil pemilihan presiden AS 2016 lalu, yang dimenangkan oleh Donald Trump, seorang Republikan.

Tetapi Facebook membuat keputusan untuk tidak memeriksa iklan yang dijalankan oleh politisi. Hal ini membuat marah dari kandidat Demokrat yang mencalonkan diri dalam pemilihan presiden 2020, mantan Wakil Presiden Joe Biden dan Senator Elizabeth Warren.

Joe Biden sendiri memang mendapatkan tekanan sebelumnya di media sosial karena persoalan anaknya.

Awal bulan ini, CEO Facebook Mark Zuckerberg membela kebijakan perusahaan, dengan mengatakan tidak ingin melumpuhkan pidato politik.

Baca Juga: Menjelang pemilu AS, Twitter umumkan akan menolak iklan politik

Langkah Twitter juga dipuji oleh tim kampanye Demokrat. Sebaliknya langkah Twitter dikecam oleh kubu tim pemenangan Trump.

Jasmine Enberg, seorang analis senior untuk perusahaan riset eMarketer, mengatakan keputusan Twitter sangat kontras dengan Facebook tetapi menambahkan bahwa iklan politik tidak mungkin merupakan bagian penting dari bisnisnya.

"Dan, mengingat sifat platform, orang, penerbit, dan politisi masih akan menggunakan Twitter untuk membahas politik secara organik, yang berarti bahwa itu tidak akan sepenuhnya menyelesaikan masalah informasi yang salah," katanya.




TERBARU

[X]
×