kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Total SA prediksi permintaan gas alam bakal lampaui minyak mentah


Selasa, 26 Juni 2018 / 14:14 WIB
Total SA prediksi permintaan gas alam bakal lampaui minyak mentah
ILUSTRASI. Total S.A. Oil


Reporter: Grace Olivia | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan minyak dan gas asal Prancis, Total SA, memperkirakan pasar gas alam global akan tumbuh jauh lebih cepat dibanding minyak mentah dalam dua dekade ke depan. Hal tersebut lantaran permintaan terhadap bahan bakar yang lebih bersih terus bertambah di kawasan Asia.

Sebelumnya, Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (AS) memprediksi konsumsi gas alam global akan tumbuh rata-rata sekitar 1,5% per tahun mulai tahun ini hingga 2050 mendatang.

Sementara, prediksi Total lebih optimistis lagi. "Selama 20 tahun ke depan, kami melihat banyak skenario di mana konsumsi gas alam akan tumbuh sekitar 2% per tahun, lebih cepat dibandingkan minyak yang tumbuh 1%-1,5%," ujar Direktur Total Patrick Pouyanne, Senin (25/6), seperti dilansir Reuters.

Total saat ini tengah menanti proses akhir akuisisi aset gas alam cair milik Engie SA senilai $ 1,5 miliar pada Juli nanti. Akuisisi ini akan menjadikan Total sebagai produsen gas super-dingin terbesar kedua di dunia setelah Royal Dutch Shell Plc.

Selain itu, akuisisi gas alam tersebut juga akan meningkatkan pangsa pasar gas alam Total dari sebelumnya 6% menjadi 10% di dunia. Volume gas alam cair yang dikelola juga akan melonjak dari 15,6 juta ton per annum menjadi 40 juta ton per annum.

Pouyanne mengatakan, Total SA berinvestasi di seluruh rantai gas alam dari produksi hingga likuifaksi untuk pengiriman luar negeri, untuk dijual sebagai bahan bakar listrik, petrokimia dan transportasi.

Selain potensi permintaan di Asia yang meningkat, harapan terhadap pertumbuhan pasar gas alam yang lebih cepat juga didorong oleh tensi perang dagang. China mengancam tarif impor minyak AS sebesar 25% sebagai aksi balasan, tetapi tidak memasukkan gas alam cair ke dalam daftar tarif.

"Kami berharap tidak kehilangan pasar di China. Investasi di gas alam cair itu dilakukan dengan melihat potensi 25 hingga 30 tahun ke depan," ujar Pouyanne.

Dalam upaya untuk menciptakan lebih banyak permintaan gas, Total juga menginvestasikan US$ 83,4 juta untuk membeli 25% saham Clean Energy Fuels Corp, distributor gas alam terkompresi dan gas alam cair untuk transportasi.

Sebagai bagian dari kesepakatan, Pouyanne dan Andrew Littlefair, CEO Clean Energy, mengatakan Total akan menyediakan hingga US$ 100 juta untuk menempatkan ribuan truk gas alam baru di jalan.

Namun, meski Total ingin meningkatkan pangsa gas produksi hidrokarbon dari 50% menjadi 60% pada 2035, perusahaan masih berinvestasi pada minyak mentah. Maret lalu, Total baru saja mengakuisisi Minyak Maersk, menjadikannya operator terbesar kedua di Laut Utara. Sementara, di Teluk Meksiko, April lalu, Total juga memperoleh aset melalui lelang kebangkrutan Cobalt International.




TERBARU

[X]
×