Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Presiden terpilih AS Donald Trump sekali lagi mengatakan bahwa ia ingin membeli Greenland, wilayah otonomi Denmark.
Adapun alasan Utama di balik motif ekspansionis tersebut adalah masalah keamanan nasional.
Greenland terletak di posisi strategis bagi AS, baik dalam hal pertahanan rudal maupun perdagangan maritim. Perdagangan maritim akan semakin penting karena es laut Arktik terus mencair, yang diperburuk oleh perubahan iklim.
Namun, para pengamat juga menyoroti bahwa Greenland diketahui memiliki banyak unsur tanah jarang yang penting.
Endapan ini, seperti litium dan zirkonium, telah menjadi komoditas yang sangat didambakan, digunakan dalam elektronik dan untuk produksi baterai yang penting bagi transisi teknologi hijau.
Data dari Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menunjukkan bahwa Greenland memiliki cadangan tanah jarang terbesar kedelapan di dunia, yaitu sebesar 1,5 MT (juta ton). Jumlah ini serupa dengan cadangan yang diketahui di Amerika Serikat (1,8 MT).
Meskipun Greenland memiliki cadangan yang signifikan, data USGS juga menunjukkan bahwa tidak ada aktivitas penambangan tanah jarang yang dilakukan di sana pada tahun 2023.
Meskipun perusahaan-perusahaan Greenland awalnya beralih ke Tiongkok untuk investasi pertambangan, proyek-proyek tersebut terhenti setelah pemilihan umum Greenland tahun 2021.
Baca Juga: Apa Itu Pulau Greenland yang Ingin Dibeli Donald Trump? Ini Karakteristik dan Potensi
Para pemilih memutuskan bahwa meskipun penambangan dapat menjadi langkah menuju pembangunan ekonomi yang lebih besar dan bahkan kemerdekaan dari Denmark, biaya terhadap lingkungan dan potensi gangguan terhadap praktik-praktik tradisional akan terlalu besar daripada manfaatnya.
Titik kritis utama di sini adalah bahwa tambang utama - Kvanefjeld, dekat kota Narsaq - yang dimaksudkan untuk ekstraksi tanah jarang juga akan menghasilkan uranium radioaktif, yang dikhawatirkan penduduk setempat akan mengakibatkan debu radioaktif jatuh ke masyarakat dan lahan pertanian di dekatnya.
Pemungutan suara tersebut menyebabkan larangan penambangan uranium dan menunda proyek-proyek ekstraksi tanah jarang.
Pada tahun 2021, Greenland juga menghentikan semua rencana untuk eksplorasi minyak dan gas di masa mendatang.
Seperti yang ditunjukkan oleh data USGS, Tiongkok sejauh ini memiliki cadangan tanah jarang terbesar dengan perkiraan 44 MT (juta ton), yang mencakup hampir 40 persen dari cadangan tanah jarang global yang diketahui.
Baca Juga: China Siapkan Megakonstelasi Senilai Rp 15 Triliun untuk Saingi Starlink Elon Musk
Melansir Statista.com, berikut 10 negara dengan cadangan logam tanah jarang terbesar dunia (2023):
1. China sebesar 44 juta ton
2. Vietnam sebesar 22 juta ton
3. Brasil sebesar 21 juta ton
4. Rusia sebesar 10 juta ton
5. India sebesar 6,9 juta ton
6. Australia sebesar 5,7 juta ton
7. Amerika Serikat sebesar 1,8 juta ton
8. Greenland sebesar 1,5 juta ton
9. Tanzania sebesar 0,9 juta ton
10. Kanada sebesar 0,8 juta ton
Tonton: Mengapa Trump Sangat Menginginkan Greenland dan Terusan Panama?
