kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.513.000   -30.000   -1,94%
  • USD/IDR 15.759   79,00   0,50%
  • IDX 7.290   -93,98   -1,27%
  • KOMPAS100 1.123   -14,96   -1,31%
  • LQ45 891   -10,63   -1,18%
  • ISSI 221   -3,18   -1,42%
  • IDX30 459   -3,96   -0,85%
  • IDXHIDIV20 556   -4,16   -0,74%
  • IDX80 129   -1,62   -1,24%
  • IDXV30 138   -0,78   -0,56%
  • IDXQ30 154   -1,13   -0,73%

6 Hal yang Dilakukan Orang Miskin untuk Berpura-pura jadi Kaya Menurut Psikologi


Kamis, 07 November 2024 / 03:35 WIB
6 Hal yang Dilakukan Orang Miskin untuk Berpura-pura jadi Kaya Menurut Psikologi
ILUSTRASI. Dalam masyarakat yang didorong oleh status, untuk menaikkan status kekayaan, seseorang menampilkan perilaku yang berlawanan dengan kondisi keuangannya. REUTERS/Thomas White


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Dalam masyarakat yang didorong oleh status dan penampilan, biasanya untuk menaikkan status kekayaan, seseorang menampilkan perilaku yang berlawanan dengan kondisi keuangannya.

Meski demikian, tidak ada informasi spesifik mengenai hal yang dilakukan orang miskin untuk pura-pura jadi kaya. 

Mengutip New Trader U, berikut ini adalah beberapa ciri-ciri orang miskin yang pura-pura kaya menurut psikologi:

1. Kerap membual soal kekayaan 

Obrolan berlebihan tentang masalah keuangan dapat dilihat sebagai salah satu indikator utama ketidakamanan kekayaan.  

Orang-orang yang benar-benar kaya cenderung mempertimbangkan untuk tidak mendiskusikan masalah keuangan. 

Sementara, mereka yang pura-pura kaya kerap membahas tentang pendapatan, pembelian, atau transaksi keuangan. Tujuannya adalah untuk mengesankan pihak lain tentang kekayaan semunya.

Baca Juga: Satu Karakter Warren Buffett yang Bikin Dirinya Kaya Raya: Mau Mengubah Pikiran

2. Pilihan fashion yang mencolok

Memaksa untuk memakai pakaian dengan fashion yang menyolok bisa mencerminkan perilaku seseorang yang mencoba memainkan peran sebagai orang kaya. 

Di mana orang-orang yang benar-benar kaya condong ke arah bahan berkualitas dan keanggunan yang bersahaja, mereka yang meniru bergaya orang kaya memilih potongan-potongan yang tebal dan berat yang memprioritaskan dampak visual langsung daripada nilai yang bertahan lama.

3. Realitas mewah sewaan

Ekonomi sewa telah memungkinkan perilaku seseorang untuk menampilkan kekayaan melalui akses sementara ke barang -barang mewah. 

Barang-barang mewah ini, mulai dari tas desainer hingga mobil eksotis, menciptakan kesan kemakmuran yang singkat dengan biaya kumulatif yang signifikan.

Pola ini mengungkapkan prioritas penampilan di atas pembangunan aset, seringkali menghambat akumulasi kekayaan sejati.

Baca Juga: Intip 10 Negara Terkaya di Timur Tengah dengan Sumber Minyak Melimpah

4. Terobsesi merek

Orang kaya otentik biasanya menunjukkan penanda kekayaan mereka dengan memiliki barang-barang berkualitas tinggi daripada memamerkan merek-merek mewah.

Sementara, orang miskin kerap mengacu pada logo merek untuk pengakuan sosial daripada apresiasi daya tahan suatu barang.

5. Imitasi menjadi gaya hidup

Mengejar item mewah imitasi merupakan pendekatan yang sangat bermasalah untuk mencoba menciptakan ilusi kekayaan. Perilaku ini mendukung pasar ilegal dan mencerminkan pola pura-pura kaya yang menyesatkan. 

Tonton: Pemilik ByteDance Naik ke Puncak Tertinggi Daftar Orang Terkaya China, Ini Sosoknya

6. Lebih besar pasak daripada tiang

Mempertahankan tempat tinggal atau gaya hidup yang mahal dengan mengorbankan stabilitas keuangan merupakan strategi orang yang pura-pura kaya. 

Aksi ini sering menyebabkan sulitnya untuk melakukan penghematan, tingkat utang yang tinggi, dan posisi keuangan yang rentan.

Selanjutnya: Aset Unit syariah Perbankan Menanjak


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×