Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Warren Buffett, investor legendaris yang dijuluki "Sang Dukun dari Omaha", memang tidak mengelola reksa dana, namun kebijaksanaan investasinya menyimpan banyak pelajaran berharga bagi setiap investor reksa dana.
Mulai dari tetap tenang saat pasar anjlok hingga menghindari ramalan pasar yang berlebihan, berikut tujuh prinsip abadi dari Buffett yang dapat membantu Anda membangun kekayaan secara sabar dan bijaksana.
Saat berbicara tentang investasi reksa dana, banyak investor pemula mengira mereka harus memiliki keahlian khusus atau bantuan profesional untuk memilih produk yang tepat. Namun, Warren Buffett, salah satu investor tersukses di dunia, berpandangan berbeda.
Baca Juga: Liverpool Kehilangan, Striker Diogo Jota Meninggal dalam Kecelakaan Mobil di Spanyol
Buffett, miliarder berusia 94 tahun sekaligus CEO Berkshire Hathaway, meyakini bahwa kesuksesan sejati dalam investasi dicapai dengan mengabaikan hiruk-pikuk pasar dan bersikap sabar. Meskipun ia tidak pernah berinvestasi langsung dalam reksa dana, prinsip dan pandangannya tetap relevan bagi investor reksa dana masa kini.
Di era serba cepat seperti sekarang, ketika banyak orang tergoda mengganti produk reksa dana hanya karena melihat return jangka pendek, pendekatan investasi Buffett menjadi pelajaran penting: pilih reksa dana yang baik, lalu berikan waktu.
Berikut adalah 7 aturan emas Warren Buffett untuk investor—ajaran yang tak lekang oleh waktu dan tetap relevan untuk investor reksa dana masa kini, dirangkum dari Financial Express.
1. Reksa dana indeks berbiaya rendah adalah investasi saham terbaik
Dalam surat kepada pemegang saham tahun 2016, Buffett mengatakan, “Ketika triliunan dolar dikelola oleh manajer Wall Street yang mengenakan biaya besar, keuntungan nyata biasanya justru dinikmati oleh manajernya, bukan investornya.”
Oleh karena itu, Buffett selalu menyarankan reksa dana indeks berbiaya rendah, terutama untuk investor kecil yang tidak punya waktu atau kemampuan untuk terus memantau pasar.
Ia bahkan menyatakan bahwa setelah ia meninggal, 90% kekayaannya sebaiknya diinvestasikan dalam reksa dana indeks S&P 500 — dan itu pun harus yang berbiaya rendah. Ini menunjukkan keyakinannya bahwa dana indeks dapat memberikan hasil stabil dalam jangka panjang dengan biaya yang minim.
2. Waktu terbaik untuk berinvestasi adalah selamanya
Buffett pernah mengungkapkan kutipan terkenal: “Hanya beli sesuatu yang Anda bersedia pegang jika pasar tutup selama 10 tahun ke depan.”
Filosofi investasi jangka panjang sepenuhnya tercermin dalam kalimat ini. Investasi reksa dana bukan jalan pintas menuju kekayaan, melainkan perjalanan berbasis tujuan—entah itu pensiun, pendidikan anak, atau membangun aset.
Dari prinsip ini, investor reksa dana bisa belajar untuk tidak sering berpindah produk dan tidak mencoba memprediksi waktu terbaik membeli atau menjual. Buffett menyarankan memilih reksa dana yang solid, memiliki rekam jejak panjang, dan mengikuti prinsip investasi yang sehat.
Begitu sudah memilih, tetaplah bertahan—baik saat pasar naik maupun turun.
Pasar pasti berfluktuasi, namun investor yang tetap konsisten dan membiarkan waktu bekerja akan membangun kekayaan sejati. Buffett percaya bahwa kesabaran, disiplin, dan pola pikir jangka panjang adalah kunci sukses dalam investasi reksa dana.
Baca Juga: Upaya Pemerintah Mengoptimalkan Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Tanpa Cukai MBDK
3. Menjadi investor hebat tidak harus jenius
Buffett selalu menjelaskan investasi dengan cara sederhana, bukan dengan istilah rumit. Ia meyakini bahwa kesuksesan berinvestasi bukan soal kecerdasan tinggi (IQ), tapi tentang disiplin dan pengendalian diri. Dalam suratnya tahun 1996, ia menulis:
“Investor harus mampu memisahkan diri dari rasa takut atau euforia pasar, dan fokus pada beberapa prinsip dasar.”
Hal ini juga berlaku dalam investasi reksa dana—Anda tidak perlu gelar CFA, tidak wajib membaca laporan keuangan tiap perusahaan, atau mengikuti pergerakan pasar setiap hari.
Cukup miliki tiga hal:
- Kesabaran, agar bisa bertahan dalam masa sulit
- Konsistensi investasi, seperti lewat program rutin (SIP)
- Ekspektasi realistis, agar tidak panik saat pasar turun atau serakah saat pasar naik
Pelajaran terbesar Buffett adalah bahwa orang biasa pun bisa meraih hasil luar biasa jika mereka konsisten melakukan hal-hal sederhana dengan disiplin.
4. Jangan terlalu sering memantau pasar
Buffett pernah mengatakan bahwa terlalu sering memperhatikan pasar justru berbahaya. Dalam berbagai wawancara dan pidatonya, ia menekankan bahwa melihat fluktuasi pasar setiap hari membuat investor menjadi emosional.
Rasa takut bisa mendorong kita menjual saat harga turun, dan keserakahan bisa membuat kita membeli berlebihan saat harga naik.
Buffett menyatakan: “Pasar saham adalah alat untuk memindahkan uang dari orang yang tidak sabar ke orang yang sabar.”
Pesan ini sangat penting bagi investor reksa dana. Program seperti SIP (Systematic Investment Plan) hanya akan efektif jika dilakukan secara konsisten dan disiplin — bukan dengan mengubah strategi setiap kali melihat pergerakan NAV (Nilai Aktiva Bersih) harian.
Dalam suratnya tahun 2014, Buffett juga menegaskan bahwa tidak bijak panik akibat volatilitas pasar. Jika sudah memilih dana atau investasi yang baik, maka tetap bertahan adalah pilihan terbaik.
5. Takutlah saat orang lain serakah, dan serakahlah saat orang lain takut
Ini mungkin adalah kutipan Buffett yang paling terkenal dan sering dikutip. Meski awalnya dikaitkan dengan pasar saham, prinsip ini sangat relevan untuk investor reksa dana.
Ketika pasar jatuh, media sering membanjiri kita dengan kata-kata seperti “resesi besar” atau “krisis pasar”. Investor pun panik, menghentikan SIP, atau menarik dana mereka. Tapi bagi investor cerdas, inilah waktu emas untuk membeli lebih banyak.
Menurut Buffett: “Ketakutan adalah teman Anda ketika berinvestasi dalam aset berkualitas yang sedang didiskon.”
Tonton: PGN dan Mubadala Jajaki Potensi Pasokan Gas dari Blok Andaman
6. Risiko terbesar adalah tidak tahu apa yang Anda lakukan
Buffett juga menyampaikan prinsip sederhana namun mendalam: “Risiko datang dari tidak mengetahui apa yang Anda lakukan.”
Banyak investor memilih reksa dana hanya karena melihat return masa lalunya — tanpa memahami strategi, tingkat risiko, atau jangka waktu yang sesuai. Inilah kesalahan yang selalu diingatkan oleh Buffett.
7. Ramalan hanya mencerminkan si peramal, bukan masa depan
Buffett dikenal sering mengejek prediksi pasar. Ia beranggapan bahwa mereka yang mengklaim bisa menebak arah pasar hanya sedang menipu diri sendiri — dan orang lain.
Ia pernah berkata:
“Ramalan lebih banyak memberi tahu tentang peramalnya, bukan tentang masa depan.”
Bagi investor reksa dana, pesan ini sangat jelas: jangan tergoda terus-menerus mengganti dana hanya karena peringkat 6 bulan atau 1 tahun terakhir. Kinerja masa lalu bukan jaminan masa depan.
Prinsip-prinsip investasi Buffett memang berasal dari dunia saham, tetapi intisarinya sangat relevan bagi investor reksa dana.
Mulai dari pemilihan dana indeks berbiaya rendah, disiplin berinvestasi jangka panjang, hingga menjauhi volatilitas harian, semua ajarannya mengarah pada satu hal: kekayaan sejati dibangun oleh mereka yang tetap tenang dalam ketakutan dan terkendali dalam keserakahan.