Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg, BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TRIPOLI. Warga Libya terbelah. Kondisi ini terjadi seiring aksi pendudukan kembali kota Tripoli oleh massa pro Muammar Qaddafi. Beberapa saksi mengatakan, pihak militer dan kepolisian terlihat memblokir jalan raya dengan tank tentara yang dipersiapkan untuk menyerang demonstran.
Jumlah mereka yang tewas belum bisa dipastikan hingga saat ini. Data Human Rights Watch menunjukkan, jumlah warga yang tewas mencapai 300 jiwa. Namun, International Federation for Human Rights bilang, warga yang tewas sudah menembus angka 700 jiwa. Sementara, Menteri Luar Negeri Italia memprediksi, ada kemungkinan korban demonstrasi Libya sudah mencapai 1.000 jiwa.
Kondisi itu menimbulkan keprihatinan dunia internasional. Saat ini, pemerintah di sejumlah negara tengah mendiskusikan kemungkinan untuk melakukan intervensi atas kejadian itu.
"Itu merupakan pembantaian yang kejam," kata Mohamed Yehia, 23 tahun, salah seorang warga Libya yang mengungsi ke Mesir. Dia bilang, Qaddafi merupakan orang gila yang haus kekuasaan. "Dunia harus tahu mengenai apa yang dia lakukan terhadap warganya," jelasnya.
Ketegangan yang kian memuncak di Libya kian mendorong harga minyak dunia. Hari ini, kontrak harga minyak jenis Brent mendekati level tertinggi dalam 30 bulan terakhir sebesar US$ 120 sebarel di London. Pelaku pasar cemas, kondisi yang terjadi di Libya akan memangkas suplai minyak dari negara itu.