kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

8 Tewas dalam penembakan di Atlanta Amerika, termasuk 6 wanita keturunan Asia


Rabu, 17 Maret 2021 / 16:11 WIB
8 Tewas dalam penembakan di Atlanta Amerika, termasuk 6 wanita keturunan Asia
Petugas polisi Kota Atlanta terlihat di luar Gold Spa setelah penembakan mematikan di panti pijat dan spa di Atlanta, Georgia, AS, 16 Maret 2021.


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

Baker mengatakan kepada Reuters melalui telepon, penyelidik "sangat yakin" tersangka yang sama adalah pria bersenjata dalam ketiga penembakan tersebut. 

Pernyataan terpisah dari Departemen Kepolisian Atlanta menyebutkan, tersangka terkait dengan semua serangan dengan bukti video dari tempat kejadian perkara. Penyelidik masih bekerja "untuk memastikan dengan pasti", penembakan di Atlanta dan Cherokee ada kaitannya.

Menurut Baker, Long terlihat di Selatan Georgia, jauh dari tempat kerjadian perkara, setelah polisi di Cherokee mengeluarkan buletin yang memberikan deskripsi dan pelat nomor kendaraan yang terlibat dalam serangan itu.

Dia ditangkap tanpa insiden setelah pengejaran di jalan raya oleh polisi Negara Bagian Georgia dan deputi Sheriff County Crisp, yang menggunakan manuver taktis mengemudi untuk menghentikan kendaraan tersangka.

Baca Juga: AS dan Jepang peringatkan China atas pemaksaan juga perilaku destabilisasi di kawasan

Pihak berwenang menyatakan, motif tersangka tidak segera jelas, dan belum ditentukan apakah para korban menjadi sasaran karena ras atau etnis mereka.

Tetapi, unit anti-terorisme NYPD mengatakan di Twitter pada Selasa malam, meskipun tidak ada hubungan yang diketahui ke Kota New York, departemen tersebut "akan menyebarkan aset ke komunitas Asia kami yang hebat di seluruh kota karena kewaspadaan yang tinggi".

Kekerasan di Georgia terjadi beberapa hari setelah Presiden AS Joe Biden berpidato yang disiarkan televisi secara nasional untuk mengutuk lonjakan kejahatan kebencian dan diskriminasi terhadap orang Asia-Amerika baru-baru ini. 

Kelompok hak-hak sipil sebelumnya menyebutkan, mantan Presiden Donald Trump berkontribusi pada tren tersebut dengan berulang kali menyebut virus corona sebagai "virus China" karena pertama kali muncul di sana.

Selanjutnya: Swedia: Rusia bisa jadi pemenang dalam perang lawan NATO, dengan merebut Eropa Utara




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×