Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TOKYO. Ini sebuah kabar buruk lain dari Jepang. Pemangkasan produksi yang dilakukan Toyota Motor Corp akan berdampak kebangkrutan bagi para supplier yang selama ini terkoneksi baik langsung dan tidak langsung dengan produsen otomotif terbesar Jepang itu. Menurut para supplier, kondisi akan semakin buruk jika Pemerintah Jepang membatasi bantuan terhadap pabrik-pabrik besar.
“Para supplier benar-benar sangat khawatir jika kucuran pinjaman kepada perusahaan top lini dibatasi. Jika kondisi penjualan seperti ini masih berlanjut, akan banyak dampak yang akan terjadi, termasuk salah satunya kebangkrutan,” jelas Hisataka Nobumoto, Chairman Japan Auto Parts Industries Association sekaligus CEO Akebono Brake Industry Co.
Sekadar informasi, pada 3 Maret lalu, unit finansial Toyota kemungkinan membutuhkan dana bantuan sebesar 200 miliar yen atau US$ 2 miliar dari Pemerintah Jepang. Sementara itu, Juru Bicara Toyota Financial Services Corp Services Corp Toshiaki Kawai mengatakan saat ini tengah dalam perundingan dengan Bank for International Cooperation yang dimiliki Pemerintah Jepang mengenai pinjaman tersebut. Sayangnya, dia menolak memberitahukan berapa jumlah pinjaman yang dibutuhkan. Selain itu, Honda juga diperkirakan membutuhkan bantuan dana dari pemerintah untuk disalurkan kembali ke para konsumen mobil di AS.
“Para supplier saat ini terpukul hebat. Adanya kebangkrutan akan menyebabkan masalah besar bagi produsen mobil,” jelas Atsushi Ishii, Supply Chain Analyst di Tokyo.
Asal tahu saja, penjualan mobil Februari di Amerika Serikat (AS), melorot ke level terendah sejak Desember 1981. Penjualan Toyota melorot 40% dan Honda Motor Co anjlok 38%. Adanya penurunan tersebut membuat Toyota memutuskan untuk memangkas produksi sebesar 12% pada tahun fiskal ke depan menjadi sekitar 6,2 juta unit kendaraan. Padahal para supplier memprediksi produksi mobil sebesar 7 juta unit.