kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

ADB: likuiditas Asia seret


Jumat, 27 September 2013 / 09:30 WIB
ADB: likuiditas Asia seret
ILUSTRASI. Agar tetap bisa dipergunakan, Anda harus memastikan Surat Izin Mengemudi (SIM) tetap aktif masa berlakunya. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman


Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina

SINGAPURA. Pamor ekonomi Asia, khususnya Asia Timur kembali mendapat tantangan. Kali ini, faktor likuiditas disebut-sebut menjadi batu sandungan bagi prospek cerah ekonomi Asia Timur di masa mendatang. Ramalan likuditas seret di Asia Timur dilontarkan Asian Development Bank (ADB). Kamus ADB, negara yang masuk dalam daftar Asia Timur adalah China, Hong Kong, Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam dan Filipina.

ADB menilai, risiko perlambatan ekonomi berpotensi menghadang karena kegagalan negara-negara di Asia Timur memanfaatkan pasokan likuiditas murah. Selama beberapa tahun terakhir, Asia Timur hanya membelanjakan sedikit dana untuk pembangunan infrastruktur.

Catatan ADB, di tahun 2011, Thailand hanya mengalokasikan bujet sebesar 1,5% dari total produk domestik bruto (PDB) untuk belanja infrastruktur. Di periode yang sama, Filipina hanya 1,6%. Selanjutnya, bujet infrastruktur Malaysia, Singapuradan Korea Selatan masing-masing hanya sebesar 2,3% dari PDB. Sementara Hong Kong menyediakan bujet 4,7% dari PDB.

Nah, masalah menjadi runyam karena likuiditas untuk pembangunan infrastruktur Asia Timur bakal seret di masa mendatang. Proyeksi ADB, Asia Timur membutuhkan bujet infrastruktur U$ 8 triliun hingga tahun 2020. Dana itu diperlukan Asia Timur untuk membangun sistem transportasi, komunikasi, energi dan lain-lain. Di sisi lain, likuiditas yang seret bakal menyulitkan Asia Timur untuk membangun infrastruktur. Prediksi ADB, biang keladi likuiditas seret adalah kebijakan pengetatan moneter Amerika Serikat (AS).

Likuiditas seret

Iwan Azis, Kepala Ekonom ADB menilai, kemajuan infrastruktur menjadi modal utama bagi roda ekonomi Asia Timur. "Saat ini pesta dana murah sehingga fundamental negara tidak terlalu dilihat. Tapi ketika likuiditas seret, infrastruktur dibutuhkan untuk menarik minat investor," ujar dia, mengutip Bloomberg, kemarin. 

Faktor lain yang turut menyumbang perlambatan ekonomi Asia Timur adalah kenaikan biaya dana. ADB menilai, andai bank sentral AS (The Fed) resmi menyetop stimulus di tahun 2014, likuiditas global kering. Hal ini memicu kenaikan biaya dana.  Selanjutnya, pengetatan likuiditas akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Ini pun memicu keluarnya dana asing.

Jika outflow terus terjadi, kebijakan suku bunga tinggi bakal diterapkan untuk menghindari pelemahan mata uang. ADB meneropong, ini justru memperburuk keadaan. Ekspansi Asia Timur terhambat bunga tinggi. Catatan saja, ADB memangkas pertumbuhan Asia, termasuk India, di tahun 2013 menjadi 6,3% dari sebelumnya 6,6%.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×