kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akibat krisis listrik, aktivitas pabrik China anjlok


Kamis, 30 September 2021 / 13:38 WIB
Akibat krisis listrik, aktivitas pabrik China anjlok


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Aktivitas pabrik China mengalami kontraksi pada bulan September untuk pertama kalinya sejak pandemi dimulai tahun lalu. Ini merupakan tanda bahwa krisis listrik berdampak luas terhadap perlambatan ekonomi. 

Indeks Manajer Pembelian Manufaktur (PMI) anjlok ke level 49,6 dari 50,1 pada Agustus 2021. Biro Statistik Nasional mengatakan, realisasi di bawah angka 50 menandakan penurunan output. 

China menghadapi krisis listrik yang meluas sehingga mengancam perlambatan ekonomi dan mengganggu rantai pasokan global tepat menjelang musim belanja Natal di akhir tahun. 

Setidaknya 20 provinsi telah membatasi penggunaan listrik pada bulan September 2021. Hal ini membatasi produksi pabrik di berbagai sektor mulai dari aluminium, baja hingga mainan dan pakaian.

Baca Juga: Menanti data China, bursa Asia bergerak bervariasi pada pagi ini (30/9)

Ahli statistik senior di Biro Statistik Nasional Zhao Qinghe mengatakan, kontraksi ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kinerja industri padat energi yang melambat. 

"Sub-indeks pesanan baru telah berkontraksi selama dua bulan berturut-turut sekarang. Hal ini mencerminkan perlambatan dalam aktivitas produksi manufaktur dan permintaan pasar," kata Zhao, dikutip dari Bloomberg, Jumat (30/9).

Secara terpisah, PMI manufaktur Caixin justru rebound ke level 50 dari 49,2 pada Agustus 2021. Peningkatan ini berkat permintaan domestik yang lebih kuat dan peningkatan pesanan baru, karena penjualan ekspor terus menurun.

Pembatasan listrik semakin memukul perekonomian China. Sebelumnya, pasar properti juga akibat kasus gagal bayar Evergrande Group menghadapi krisis utang. Ditambah lagi, harga komoditas yang tinggi dan tindak tegas pemerintah di sektor properti hingga internet. 

Hal ini dibarengi melemahnya daya beli konsumen akibat Covid-19. Kepala Penelitian Makro di CCB International Securities Ltd mengatakan, berbagai kendala itu telah menganggu pasokan secara luas. 

"Ini mungkin akan menjadi masalah lanjutan dalam beberapa bulan mendatang," terangnya. 

Guna mengantisipasi itu, pemerintah akan terus memberikan dukungan kepada pelaku usaha seperti memotong rasio cadangan. Sambil menjaga kebijakan yang ketat untuk sektor properti dan pembiayaan pemerintah daerah. 

Sementara itu, sub-indeks untuk harga input dan output naik ke level tertinggi sejak Mei 2021 lalu. Kondisi ini menunjukkan bahwa pabrik meneruskan lonjakan harga bahan baku ke sektor hilir. 

Sektor jasa sedikit diuntungkan dari pengeluaran selama liburan Festival Pertengahan Musim Gugur selama tiga hari sehingga melonjak menjadi 52,4. Meski begitu, pendapatan pariwisata dan perjalanan tetap di bawah level sebelum Covid.

Selanjutnya: Gubernur PBOC: China Akan Tetap Menerapkan Kebijakan Moneter Normal Selama Mungkin




TERBARU

[X]
×