Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Perekonomian India terkontraksi pada laju tertajam dan mencatat rekor sebesar 23,9% pada kuartal II-2020 yang berakhir Juni 2020 karena lockdown akibat pendemi corona memangkas pengeluaran konsumen dan bisnis. Kondisi ini menekan pemerintah dan bank sentral untuk menggelontorkan stimulus tambahan dan menurunkan suku bunga.
Mengutip Reuters, Senin (31/8), data PDB yang dirilis Senin (31/8) menunjukkan belanja konsumen, investasi swasta dan ekspor anjlok selama lockdown yang diberlakukan di akhir Maret 2020 untuk memerangi pandemi virus corona.
Baca Juga: PDB India di kuartal II diramal jadi yang terburuk sejak tahun 1996
Pembacaan untuk kuartal Juni lebih buruk dari perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters yakni kontraksi sebesar 18,3%.
Beberapa ekonom swasta mengatakan tahun fiskal yang dimulai pada bulan April dapat mengalami kontraksi hampir 10%, kinerja terburuk sejak India merdeka dari pemerintahan kolonial Inggris pada tahun 1947 dan kemungkinan akan mendorong jutaan orang ke dalam kemiskinan.
Perdana Menteri Narendra Modi mengumumkan paket stimulus senilai US$ 266 miliar pada bulan Mei, termasuk jaminan kredit atas pinjaman bank dan makanan gratis untuk orang-orang miskin, tetapi permintaan konsumen dan manufaktur belum pulih.
Sujan Hajra, kepala ekonom di Anand Rathi Securities, Mumbai, mengatakan kemerosotan ekonomi secara luas diperkirakan karena India di-lockdown selama hampir setengah kuartal.
"Ini (angka PDB) sedikit meningkatkan peluang penurunan suku bunga pada Oktober," katanya.
Data menunjukkan bahwa manufaktur telah memasuki resesi karena output turun 39,3% pada kuartal Juni setelah turun 1,4% pada kuartal sebelumnya.
Baca Juga: India's COVID-19 cases top global rank as more of economy opens
Jumlah kasus virus corona baru telah menyebar di India lebih cepat daripada di mana pun di dunia, dengan lebih dari 3,6 juta infeksi dan jumlah kematian lebih dari 64.400.
Namun, dengan pertumbuhan tahunan 3,4% pada kuartal April-Juni, sektor pertanian, yang menyumbang 15% dari output ekonomi, memberikan harapan bahwa ekonomi pedesaan akan mampu mendukung jutaan pekerja migran yang telah kembali ke desa mereka.