Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Studi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dirilis Selasa (5/11) menunjukkan, perang dagang antara Amerika Serikat dan China memangkas impor barang-barang China oleh Amerika Serikat lebih dari seperempat atau sekitar US$ 35 miliar pada paruh pertama tahun ini dan menaikkan harga bagi konsumen Amerika.
China dan AS telah bersitegang dalam perang dagang selama 16 bulan terakhir meski ada harapan kesepakatan awal yang akan ditandatangani bulan ini.
Jika itu gagal, hampir semua barang impor China ke Amerika Serikat senilai lebih dari US$ 500 miliar bisa terpengaruh.
Mengutip Reuters, berdasarkan studi yang dirilis United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) menunjukkan, sepanjang Januari-Juni 2019, impor Amerika Serikat dari China yang dikenakan tarif nilainya turun menjadi US$ 95 miliar dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 130 miliar.
"Secara keseluruhan, hasilnya menunjukkan bahwa tarif AS terhadap barang-barang impor China secara ekonomi merugikan kedua negara," menurut laporan tersebut seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Presiden China Xi Jinping serukan agar hambatan perdagangan global diruntuhkan
"Kerugian AS sebagian besar dengan harga di konsumen yang lebih tinggi, sementara kerugian China terkait penurunan ekspor yang signifikan."
Seiring waktu, perusahaan-perusahaan China mulai menyerap beberapa biaya tambahan dari tarif melalui penurunan harga ekspor sebesar 8% pada kuartal II-2019, tetapi masih menyisakan sebesar 17% yang dibebankan ke konsumen AS," tulis laporan Alessandro Nicita, ekonom UNCTAD.
Sektor yang paling terpukul oleh tarif AS adalah impor mesin dan peralatan komunikasi dari China yang turun sebesar US$ 15 miliar. Seiring waktu, skala kerugian ekspor China meningkat di samping kenaikan kenaikan tarif, menurut studi tersebut.
Studi ini juga menemukan, negara-negara lain mulai mengisi sebagian besar bagian pasar yang ditinggalkan China.
Menurut studi UNCTAD, Taiwan menjadi negara dengan penerima manfaat terbesar dari pengalihan perdagangan ini dengan tambahan ekspor ke AS mencapai US$ 4,2 miliar pada paruh pertama tahun ini. Ekspor Taiwan ke AS sebagian besar berupa peralatan kantor dan peralatan komunikasi.
Ekspor Meksiko ke AS juga meningkat sebesar US$ 3,5 miliar, dimana sebagian besar berupa peralatan pertanian dan transportasi dan mesin listrik.
Uni Eropa juga mendorong ekspor ke AS sebesar US$ 2,7 miliar, sebagian besar berupa ekspor mesin tambahan.
"Semakin lama perang dagang berlangsung, semakin besar kemungkinan kerugian dan keuntungan ini akan permanen," kata Nicita.
Baca Juga: Media AS: China tekan Trump untuk pangkas tarif jelang kesepakatan dagang
Tidak semua kerugian perdagangan China diambil oleh ekonomi lain dan miliaran dolar dalam perdagangan hilang seluruhnya.
Studi ini tidak menganalisis tarif China terhadap impor AS ke China lantaran data terperinci belum tersedia.
Studi ini juga menangkap fase terbaru dari perang dagang termasuk pengenaan tarif sebesar 10% terhadap barang-barang China senilai US$ 125 miliar yang berlaku 1 September.