Sumber: Reuters | Editor: Sanny Cicilia
NEW YORK. Tahun lalu mungkin bukan masa yang sumringah untuk Alcoa Inc. Produsen aluminium asal Amerika Serikat (AS) ini pada Kamis waktu setempat melaporkan rugi besar-besaran terseret pelemahan harga aluminium berlarut-larut.
Alcoa melaporkan rugi bersih US$ 2,3 miliar, atau US$ 2,19 per saham di kuartal empat tahun lalu. Sedangkan pendapatan sebesar US$ 5,59 miliar.
Padahal, di periode Oktober-Desember 2012, perusahaan yang berbasis di New York ini masih bisa membukukan keuntungan US$ 242 juta, atau US$ 21 sen, dari pendapatan sebesar US$ 5,9 miliar.
Penurunan harga aluminium menyebabkan Alcoa yang baru melakukan akuisisi pabrik pengolahan smelter, mengalami gangguan kas tunai sebesar US$ 1,7 miliar. Selain itu, Alcoa dan salah satu anak usaha patungannya harus membayar sankis US$ 384 juta terkait kasus dugaan korupsi untuk memperlancar penjualan aluminium di Bahrain, Timur Tengah. Harga Alcoa di bursa saham AS turun 4% pada Kamis lalu.
Menurut Jonathan Pavlik, manajer portofolio di Stewart Capital di Pittsburgh, harga aluminium bertahan di level terendah karena cadangan logam global sedang surplus.
Alcoa menjadi emiten yang pertama kali melaporkan kinerjanya ke bursa AS. Laporan keuangan Alcoa selalu disebut sebagai bel cuaca ekonomi lantaran aluminium digunakan berbagai sektor manufaktur, mulai dari industri penerbangan, otomotif, hingga konstruksi. Sehingga, kinerja Alcoa memberi gambaran kondisi ekonomi yang lebih luas.