kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Alejandro Davila: Pewaris bisnis Santo Domingo (1)


Rabu, 09 Mei 2012 / 07:56 WIB
ILUSTRASI. Suasana pelayanan nasabah di Kantor Pusat Bank Banten, Jakarta (31/5). Bank Banten (BEKS) akan rights issue , bidik dana Rp 1,17 triliun.


Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Catur Ari

Alejandro Santo Domingo Davila berada di daftar orang kaya baru versi Majalah Forbes. Maret lalu, Forbes mencatat kekayaan pria 35 tahun ini di angka US$ 9,5 miliar. Kekayaan itu merupakan warisan ayahnya, Julio Maro Santo Domingo, yang meninggal Oktober tahun lalu. Bisnis Santo Domingo Group terutama berasal dari bisnis minuman, SABMiller dan berbagai sektor lain. Alejandro masuk ke bisnis keluarga di usia 22 tahun, berawal dari bisnis finansial di New York.

Alejandro Santo Domingo Davila mendadak menjadi orang kaya baru setelah ayahnya, Julio Mario Santo Domingo, mengembuskan nafas terakhir pada Oktober 2011 lalu.

Berbekal warisan bisnis milik keluarga, Santo Domingo Group, yang satu di antaranya berupa perusahaan bir, laki-laki berdarah Kolombia-Amerika ini langsung bertengger di urutan ke-97 sebagai orang kaya di dunia versi Majalah Forbes. Kekayaan laki-laki muda yang masih membujang tersebut melejit mencapai US$ 9,5 miliar atau sekitar Rp 85 triliun (dengan kurs Rp 9.000 per dolar AS).

Putra pertama hasil pernikahan kedua Julio Mario Santo Domingo dengan Beatrice Davila Rocha ini sebetulnya tidak pernah mempelajari ilmu bisnis di bangku kuliah. Alejandro malah menyandang sarjana sejarah lulusan Harvard University.

Keteguhan mengembangkan bisnis keluargalah yang seketika menyulapnya menjadi pebisnis andal. Tidak seperti remaja pada umumnya, di usia 22 tahun, Alejandro sudah berani mengambil tanggung jawab besar sebagai direktur pelaksana di salah satu bisnis milik keluarga, perusahaan finansial Quadrant Capital Advisor di New York.

Di perusahaan jasa konsultan investasi, pria 35 tahun ini mengabdi selama tiga tahun, terhitung sejak 1999. Pada periode yang sama, dia juga terpilih sebagai Dewan Pengawas Metropolitan Museum of Art di New York.

Jauh sebelum itu, laman Bloomberg Businessweek menyebutkan, Alejandro sudah pernah mencicipi kursi kepemimpinan komite eksekutif di Grupo Empresarial Bavaria SA, anak usaha SAB Miller. Dia juga menjabat sebagai chairman produsen minuman Union de Cervecerias Peruanas Backus y Johnston SAA.

Pria kelahiran New York, 13 Februari 1977 ini pun menjabat salah satu direktur produsen bir SABMiller Plc sejak akuisisi SABMiller terhadap Bavaria pada 9 November 2005. Ketika itu, ayahnya menukar kepemilikan mayoritas Bavaria dengan 15% saham SABMiller. Dari sinilah sebagian besar kekayaan keluarga Santo Domingo berasal.

Alejandro pun tercatat duduk di kepengurusan Valorem SA, Comunican SA, dan Caracol Television SA. Dia juga melayani organisasi pembangunan internasional nirlaba menduduki kursi di dewan direksi.

Kini, generasi baru Santo Domingo Group yang menduduki peringkat kedua sebagai konglomerat bisnis di Kolombia itu tercatat mengoperasikan lebih dari 100 bisnis milik keluarga di berbagai sektor. Alejandro mengurus bisnis keluarga. Mulai perusahaan produsen bir SABMiller, perusahaan konsultan investasi Quadrant Capital Advisor, perusahaan energi, perusahaan televisi, surat kabar – El Espectador, hingga studi kualifikasi untuk pengembangan sumber daya manusia.

Kendati memiliki segudang aktivitas bisnis, kepedulian Alejandro terhadap lingkungan sosial lumayan tinggi. Tengok saja, dukungan yang ia berikan kepada berbagai kegiatan amal Amerika Latin, termasuk yayasan keluarganya, Mario Santo Domingo Foundation. Dia juga bermitra dengan yayasan penyanyi Shakira asal Kolombia, America Latina en Accion Solidaria (ALAS).

ALAS merupakan yayasan baru yang akan menyelenggarakan serangkaian konser. Yayasan yang didirikan oleh penyanyi kelas internasional asal Kolombia itu, bertujuan mendonasikan uang penjualan tiket konser untuk mengurangi kemiskinan di wilayah Kolombia, lokasi sebagian besar bisnis Alejandro. "Karenanya, saya terbiasa pulang dan pergi, dua sampai tiga kali dalam satu bulan," ujar Alejandro, yang berdomisili di New York ini. ?

(Bersambung)



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×