Sumber: Bloomberg | Editor: Adi Wikanto
NEW YORK. Presiden Argentina Mauricio Macri dikabarkan sedang bernegosiasi dengan sejumlah bank di Amerika Serikat (AS) untuk mendapatkan pinjaman sebesar US$ 5 miliar hingga US$ 10 miliar.
Dana ini akan digunakan untuk menopang cadangan devisa negeri tango.
Menurut sumber yang mengetahui agenda itu, pembicaraan tersebut dilakukan saat Macri dan Menteri Keuangan Argentina Luis Caputo berkunjung ke New York pekan ini, sebelum dilantik sebagai Presiden, Kamis (10/12).
Rencananya, Pemerintah Argentina akan melunasi utang dari bank AS dalam setahun.
Belum ada pernyataan resmi dari Pemerintah Argentina. Alfonso Prat Gay, juru bicara Kementerian Keuangan, menolak berkomentar.
Pemerintah Argentina memang tengah dihadapkan dengan tingkat cadangan devisa yang rendah dalam sembilan tahun belakangan.
Ini buntut dari kebijakan Presiden Argentina sebelumnya Cristina Fernandez de Kirchner.
Tak cuma itu, Pemerintah Argentina juga tidak bisa menerbitkan obligasi internasional gara-gara Kirchner menolak membayar surat utang yang jatuh tempo tahun 2001 silam.
"Mengingat dalam kondisi darurat keuangan, kami berharap Pemerintah Argentina mendapatkan dana US$ 10 miliar pada kuartal satu tahun depan untuk cadangan," ujar Sebastian Rondeau, ekonom Bank of America Corp.
Status gagal bayar surat utang ini memang cukup menyulitkan Argentina mencari pinjaman.
Tambah lagi, pengadilan AS memerintahkan Argentina lebih dulu membayar surat utang yang default.
Pengadilan juga sedang meneliti pelanggaran transaksi utang tersebut.
Thomas Griesa, Hakim Distrik AS, melarang Argentina membayar utang luar negeri lainnya sebelum menyelesaikan surat utang yang gagal bayar.
Kepada seorang mediator yang ditunjuk pengadilan New York, Caputo mengatakan, bahwa dirinya ingin memulai negosiasi penyelesaian surat utang yang gagal bayar segera.
Negosiasi ini akan dipimpin oleh Elliott Management.
Menurut Prat Gay, di hari pertama berkantor, Jumat (11/12), seluruh tim ekonomi Presiden Macri akan meninjau kondisi dan aktivitas ekonomi.
"Kami harus melihat situasi nyata. Hari ini adalah hari perayaan pelantikan Presiden, besok kami akan mulai bekerja dan melihat apa yang perlu dilakukan," ujar dia.













