kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Analis: China makin berbahaya, perang dikhawatirkan pecah di Laut China Selatan


Senin, 05 April 2021 / 10:25 WIB
Analis: China makin berbahaya, perang dikhawatirkan pecah di Laut China Selatan
ILUSTRASI. Seorang analis terkemuka Asia mengatakan, Beijing menggunakan kebijakan paksaan dan tekanan yang "berbahaya" untuk menegaskan kontrolnya atas Laut China Selatan. McLearnon/Handout via REUTERS.


Sumber: Express.co.uk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Seorang analis terkemuka Asia mengatakan, Beijing menggunakan kebijakan paksaan dan tekanan yang "berbahaya" untuk menegaskan kontrolnya atas Laut China Selatan. Kondisi ini dikhawatirkan akan membuat situasi di wilayah tersebut semakin memanas.

Melansir Express.co.id, China telah lama mengklaim kedaulatan atas perairan yang disengketakan, dengan mengatakan bahwa seluruh jalur air hingga pantai Filipina, Malaysia, dan Taiwan adalah miliknya. 

Klaim Beijing didasarkan pada garis sembilan-putus berbentuk U yang terukir di peta pada tahun 1940-an oleh seorang ahli geografi Tiongkok. Pada 2016, pengadilan arbitrase internasional menolak klaim teritorial China.

Terlepas dari keputusan itu, China dalam beberapa tahun terakhir telah membangun pulau-pulau buatan di perairan yang diklaim oleh Vietnam, Filipina, dan Malaysia serta mengirimkan unit militer ke wilayah tersebut.

Baca Juga: Menhan Filipina: China ingin menduduki lebih banyak wilayah Laut China Selatan

Saat ini, Beijing menerapkan taktik lain untuk memperkuat kehadirannya di wilayah tersebut dan menegaskan kontrolnya.

Pemerintah China selama beberapa minggu terakhir telah mengirim ratusan kapal penangkap ikan untuk menekan tetangganya.

"Beijing dengan jelas berpikir bahwa jika mereka menggunakan cukup paksaan dan tekanan dalam jangka waktu yang cukup lama, hal itu akan menekan negara-negara Asia Tenggara. Ini berbahaya," jelas Greg Poling, Direktur Asia Maritime Transparency Initiative, mengatakan kepada New York Times seperti yang dikutip Express.co.uk.

Baca Juga: Menhan Amerika telepon Prabowo Subianto, bahas Laut China Selatan



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×