Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TOKYO. Seorang analis sekaligus mantan trader Eishi Wakabayashi memprediksi, nilai tukar yen akan menguat hampir 20% menjadi 90 per dollar AS pada awal tahun depan.
Menurutnya, penguatan yen dipicu oleh kegagalan penerapan kebijakan suku bunga negatif oleh Bank of Japan.
Wakabayashi pernah menganalisa dengan tepat menggunakan chart jangka panjang untuk meramal posisi rekor tertinggi yen pada April 1995, berakhirnya penguatan yen pada awal 2012, dan pergerakan yen menuju level 100 pada tahun ini saat posisi yen berada di kisaran 120.
Sekarang, dia memprediksi mata uang Negeri Sakura akan perkasa hingga ke level yang tidak pernah terlihat sebelumnya sejak Januari 2013 dari 107,31 per dollar AS per pukul 10.08 waktu Tokyo hari ini (7/6).
"Mata uang tidak bergerak mengikuti suku bunga, mereka bergerak mengikuti gerakan gelombang," jelas Wakabayashi, president of Wakabayashi FX Associates Co, perusahaan jasa informasi investasi di Tokyo.
Dia menjelaskan, perubahan suku bunga BOJ menjadi negatif tidak bisa menjelaskan pergerakan yen dari posisi 121 menjadi 105 per dollar AS. "Yen akan tetap perkasa meskipun suku bunga negatif karena saat ini yen berada dalam fase menguat," paparnya.
Sekadar informasi, mata uang Jepang sudah menguat sekitar 12% pada tahun ini. Hal ini menjadi halangan bagi upaya BOJ untuk mendorong inflasi ke level 2%, meskipun sudah disertai dengan pembelian aset besar-besaran dan strategi suku bunga negatif.
Perbedaan penerapan kebijakan antara bank sentral Jepang dengan the Federal Reserve tak mampu mencegah yen perkasa ke level tertingginya dalam 18 bulan terakhir pada Mei.
Yen juga mendapatkan kekuatan dari tingginya permintaan safe haven di tengah spekulasi bahwa Amerika akan menaikkan suku bunga acuannya serta ketidakpastian mengenai posisi Inggris di Uni Eropa.
BOJ tak bisa berbuat banyak
Dia juga bilang, berdasarkan analisa chart yang dilakukan, Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda tidak dapat berbuat banyak untuk mengubah tren jangka panjang pergerakan yen.
"Melihat dari cara Kuroda mengadopsi suku bunga negatif, hal itu menunjukkan bahwa dia sangat "mad man"," jelas Wakabayashi.
Prediksi Wakabayashi bertolakbelakang dengan tren yang ada. Berdasarkan hasil survei Bloomberg kepada sejumlah analis, yen diramal akan semakin melemah ke posisi 115 per dollar AS pada akhir tahun ini.
Dia juga menjelaskan, setelah yen menyentuh level 90, maka pergerakan yen akan kembali masuk ke tren melemah hingga pertengahan 2018. Hingga akhirnya yen akan kembali rebound ke level paling perkasa yakni 65 per dollar AS pada Maret 2022.
"Apa yang mendaki akan segera turun," katanya.
Dia lantas menyarankan kepada investor untuk membeli emas pada era deflasi global. Menurut pandangannya, harga emas akan melonjak ke posisi US$ 6.000 dalam enam tahun ke depan seiring kolapsnya pasar saham AS dan upaya Amerika untuk mengerek inflasi.
Catatan saja, saat ini, harga emas berada di posisi US$ 1.245 per dollar AS.