Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Kebijakan tarif AS yang lebih tinggi terhadap sarung tangan medis, jarum suntik, dan masker wajah dari China kemungkinan besar tidak akan membuat produsen AS lebih kompetitif.
Menurut para pimpinan industri alat Kesehatan, pemasok berbiaya rendah lainnya diperkirakan akan segera masuk untuk mengisi kesenjangan tersebut.
Mengutip Reuters, pada awal bulan ini, Washington mengumumkan kenaikan tarif yang besar terhadap sejumlah barang impor China, termasuk barang-barang medis, sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk mendorong produksi dalam negeri dan melindungi terhadap kekurangan pasokan yang terjadi selama pandemi COVID-19.
Namun para eksekutif industri berpendapat bahwa tarif sepertinya tidak akan meningkatkan daya saing produsen lokal. Pasalnya, perusahaan China dapat mengubah rute pengiriman melalui rantai pasokan luar negeri, dan pemasok dari negara lain seperti Malaysia dapat memanfaatkan peluang ini.
“Saya selalu mengatakan, apa pun yang kita lakukan dengan tarif, China akan menemukan jalan keluarnya… Ini bukanlah obat mujarab yang kita perlukan,” kata Dan Izhaky, presiden Asosiasi Produsen Medis Amerika.
Izhaky, yang sedang membangun pabrik di Baltimore untuk memproduksi sarung tangan kelas medis, juga mengatakan bahwa produsen AS memerlukan bantuan segera, bukan dua tahun lagi.
Baca Juga: Aksi China Membalas AS dan Eropa, Luncurkan Penyelidikan Anti-dumping Plastik
Tarif atas sarung tangan akan mulai berlaku pada tahun 2026, sedangkan usulan tarif atas masker dan alat suntik akan berlaku pada bulan Agustus tahun ini.
Berdasarkan angka dari Komisi Perdagangan Internasional AS, Amerika mengimpor masker, alat suntik, dan sarung tangan senilai hampir US$ 640 juta dari China pada tahun 2023.
Kantor Perwakilan Dagang AS mengatakan pekan lalu bahwa mereka akan meminta komentar publik mengenai dampak usulan kenaikan tarif dan apakah bea masuk sebesar 25% untuk masker dan sarung tangan medis serta tarif 50% untuk alat suntik harus lebih tinggi.
Eddie Phanichkul, salah satu pendiri Lutema USA yang membuka pabrik masker selama pandemi di San Diego, mengatakan bahwa penerapan tarif 25% pada masker hanya “mengirimkan pesan”.
“Pada akhirnya, mereka menjualnya dengan harga satu sen, dan kami memproduksinya dengan harga 5 hingga 10 sen. Sulit untuk bersaing dengan itu,” tambah Phanichkul.
Baca Juga: Soal Perang Dagang AS dengan China, Ini Kritik IMF kepada Amerika
Menurut Data Perdagangan PBB, pada tahun 2023, China adalah pengekspor masker kelas medis terbesar berdasarkan volume, dengan harga jual rata-rata US$ 4,14 per kg, lebih rendah dari harga jual eksportir saingannya, Malaysia, sebesar US$ 5,5.
"Untuk mempertahankan bisnisnya, China mungkin mengalihkan fokusnya ke negara-negara Asia atau Eropa,” kata Chelsea Chew, analis di Apex Securities, yang melihat tidak ada dampak langsung terhadap pembuat sarung tangan di China dan Malaysia hingga akhir tahun 2025 atau awal tahun 2026.
Menteri Luar Negeri China mengatakan bahwa langkah Amerika untuk menaikkan tarif menunjukkan bahwa sebagian orang di Amerika mungkin “kehilangan akal”. Kebijakan itu, tambahnya, tidak akan menghambat pembangunan China, bahkan hal ini akan menginspirasi 1,4 miliar warganya untuk bekerja lebih keras.