Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Tanda-tanda perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China semakin mereda semakin kelihatan. Kedua negara melakukan diskusi "konstruktif" tentang perdagangan selama dua hari di Washington.
Mengutip kantor berita Xinhua, Sabtu (21/9), Reuters melaporkan, AS dan China sepakat untuk terus berkomunikasi tentang masalah perdagangan, dan bakal membahas lebih lanjut dalam putaran pembicaraan tingkat tinggi Oktober nanti. Tapi, Xinhua tidak memberikan perincian lainnya.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan, pemerintahannya membuat banyak kemajuan dengan China. Sebab, pembicaraan perdagangan tahap awal berlanjut ke hari kedua dan Washington membebaskan tarif pada lebih dari 400 produk Tiongkok.
Baca Juga: Trump: Kami membuat banyak kemajuan perdagangan dengan China
Trump yang berbicara kepada wartawan di Gedung Putih usai pertemuan dengan Perdana Menteri Australia Scott Morrison, menyebutkan, AS menerima miliaran dolar dari tarif yang mereka kenakan pada produk-produk China itu. Totalnya, mencapai US$ 100 miliar.
"Saya akan mengatakan ini: kami membuat banyak kemajuan dengan China," kata Trump, Jumat (20/9), seperti dikutip Reuters.
Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) mengeluarkan tiga pemberitahuan Daftar Federal yang membebaskan berbagai produk China dari tarif. Ini sebagai tanggapan atas permintaan dari perusahaan-perusahaan AS, yang menilai pungutan tersebut akan menyebabkan kesulitan ekonomi.
Baca Juga: Jelang perundingan, Trump bebaskan sejumlah barang impor China dari tarif tambahan
Sebanyak 437 produk yang dikecualikan dari tarif tersebut adalah papan sirkuit cetak untuk prosesor grafis komputer hingga kalung anjing, lalu lantai kayu lapis sampai lampu pohon natal.
Para perunding Cina dan AS sedang mengadakan pembicaraan dua hari, Kamis (19/9) dan Jumat (20/9) waktu Washington, yang tampaknya akan sangat fokus pada produk pertanian. Negosiasi ini sekaligus meletakkan dasar bagi pembicaraan tingkat tinggi pada awal Oktober nanti, yang akan menentukan, apakah kedua negara berupaya menuju ke solusi atau tarif baru yang lebih tinggi.