kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AS dan China Memanas, Perusahaan Manufaktur Banyak Pilih Pindah ke Malaysia


Rabu, 24 April 2024 / 14:30 WIB
AS dan China Memanas, Perusahaan Manufaktur Banyak Pilih Pindah ke Malaysia
ILUSTRASI. Perusahaan-perusahaan asing kian banyak yang memilih memindahkan fasilitas manufaktur mereka dari China . REUTERS/Gleb Garanich/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD SEARCH GLOBAL BUSINESS 16 OCT FOR ALL IMAGES


Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Perusahaan-perusahaan asing kian banyak yang memilih memindahkan fasilitas manufaktur mereka dari China ke negara-negara lain sebagai pusat produksi. Kondisi ini terjadi lantaran perseteruan antara China dan Amerika Serikat yang kian memanas.

Strategi yang dikenal sebagai China Plus One ini - ketika perusahaan melebarkan sayap ke luar China - justru sangat menguntungkan Malaysia, negara eksportir semikonduktor terbesar keenam dunia. 

Malaysia telah mencuri start 50 tahun lebih dulu di sektor ini sejak Intel membuka pabrik internasional pertama mereka di negara bagian Penang di bagian utara. Perusahaan cip raksasa asal Amerika Serikat ini juga diproyeksi akan membangun pabrik lainnya di Penang, yang akan menjadi fasilitas luar negeri pertama Intel untuk pengemasan cip 3D.

Dengan banyaknya perusahaan semikonduktor dan kendaraan listrik yang pindah ke Asia Tenggara untuk menghindari pembatasan perdagangan dan memperkuat rantai pasokan, Malaysia kini berada di posisi yang sangat menguntungkan.

Baca Juga: Dua Helikopter Tabrakan Saat Latihan di Malaysia, 10 Tewas

Ekosistem yang telah terbentuk di Malaysia - terutama di Penang dan Kulim di negara bagian Kedah - telah menjadi magnet bagi berbagai perusahaan teknologi untuk mengurangi risiko (de-risk) di tengah persaingan sektor teknologi canggih yang ketat antara AS dan China.

Samuel Tan, konsultan properti di Malaysia sekaligus direktur eksekutif GV International Property Consultants, kepada CNA mengatakan: "Kami bersahabat baik dengan China maupun AS.

"Karena perang dagang di antara mereka, Malaysia menjadi saluran yang tepat untuk menyeimbangkan perang dagang antara kedua negara ini ... Negara-negara Eropa (juga) pindah ke Malaysia karena mereka ingin mengekspor produk ke China."

PENINGKATAN INVESTASI ASING LANGSUNG YANG STABIL

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menebar pesona negaranya dengan bepergian ke luar negeri untuk merayu para investasi di sektor teknologi tinggi.

Pada Maret lalu, Anwar menyampaikan pidato pada ajang tahunan SME Future Day 2024 di Berlin. Dalam pidatonya, dia menyampaikan undangan terbuka bagi perusahaan-perusahaan Jerman dan juga pelaku usaha di seluruh Eropa untuk berinvestasi di Malaysia.

"Tentu saja kami akan melayani Anda, kami akan selalu terhubung. Jika Anda membutuhkan pasar China, maka Anda perlu kantor cabang penting di Malaysia," kata Anwar dalam acara tersebut.

Malaysia telah mengalami peningkatan yang stabil untuk investasi asing langsung (FDI) di sektor teknologi sejak 2021. Di antara FDI terbesar datang dari Intel dan perusahaan cip raksasa lainnya, Infineon Teknologi, yang masing-masing berinvestasi US$7 miliar untuk lebih dari sekadar pengemasan, perakitan dan pengujian produk.

Selain itu ada raksasa teknologi Austria AT&S yang memproduksi papan sirkuit kelas atas di Malaysia.  Sementara pembuat chip Amerika Nvidia bekerja sama dengan konglomerat Malaysia YTL untuk mengembangkan awan kecerdasan buatan dan infrastruktur superkomputer bernilai miliaran dolar.

Baca Juga: Indonesia di Urutan ke 13, Negara dengan Jumlah Orang Kaya Terbanyak di Dunia

TIDAK ADA INSENTIF PAJAK

Kendati Malaysia telah berusaha untuk memuaskan para investor, namun mereka masih belum mampu memberikan insentif pajak. Hal ini disebabkan oleh kompetisi yang ketat dari negara tetangga Indonesia dan Vietnam. Selain itu, Malaysia juga menghadapi kesulitan dalam rantai pasok lokal.

Ong Kian Ming, mantan Wakil Menteri Perdagangan dan Industri Internasional Malaysia, mengatakan banyak perusahaan yang kesulitan mendapatkan sumber daya manusia dan pekerja terampil yang tepat untuk ekosistem manufaktur dan jasa yang bernilai tambah tinggi.

"Kita telah melihat contoh bagaimana perusahaan-perusahaan China yang datang ke Malaysia di masa lalu, mereka tidak sepenuhnya terintegrasi dengan rantai pasok lokal," kata dia.

"Artinya UMKM (usaha kecil mikro dan menengah) lokal di Malaysia dan perusahaan lainnya, mereka tidak bisa mengambil untung dari FDI yang masuk ke Malaysia."

Pemerintah Malaysia juga merangkul perusahaan dan investor dalam negeri, terutama perusahaan yang terlibat dalam proyek pemerintah.

Tengku Zafrul Abdul Aziz, Menteri Investasi, Perdagangan dan Industri Malaysia, mengatakan bahwa negara ini "melembagakan proses di mana kami mengundang perusahaan-perusahaan lokal untuk ikut serta di dalamnya".

Baru-baru ini dia juga mengumumkan bahwa pemerintah sedang merumuskan rencana semikonduktor strategis untuk tetap kompetitif di industri ini, termasuk memperbarui undang-undang dan paket insentif yang ada.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×