kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.708.000   17.000   1,01%
  • USD/IDR 16.335   0,00   0,00%
  • IDX 6.788   -6,83   -0,10%
  • KOMPAS100 1.009   -1,54   -0,15%
  • LQ45 781   -2,24   -0,29%
  • ISSI 211   0,76   0,36%
  • IDX30 405   -1,54   -0,38%
  • IDXHIDIV20 488   -3,62   -0,74%
  • IDX80 114   -0,07   -0,06%
  • IDXV30 120   -0,76   -0,63%
  • IDXQ30 133   -0,78   -0,59%

AS dan Rusia Semakin Mesra, Ukraina Gigit Jari


Rabu, 19 Februari 2025 / 08:19 WIB
AS dan Rusia Semakin Mesra, Ukraina Gigit Jari
ILUSTRASI. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa mereka telah setuju untuk mengadakan lebih banyak perundingan dengan Rusia. REUTERS/Evelyn Hockstein


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - RIYADH. Pada Selasa (18/2/2025), pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa mereka telah setuju untuk mengadakan lebih banyak perundingan dengan Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina setelah pertemuan awal yang mengecualikan Kyiv. 

Melansir Reuters, saat pertemuan selama 4,5 jam di ibu kota Saudi sedang berlangsung, Rusia memperkeras tuntutannya. Terutama menegaskan bahwa mereka tidak akan menoleransi aliansi NATO yang memberikan keanggotaan kepada Ukraina.

Kemudian pada hari Selasa, Trump mengatakan bahwa dia lebih percaya diri setelah perundingan dan dia mungkin akan bertemu dengan Putin sebelum akhir bulan.

"Rusia ingin melakukan sesuatu," kata Trump kepada wartawan di Palm Beach, Florida. 

Trump menepis kekhawatiran Ukraina tentang tidak diikutsertakannya dalam pertemuan tersebut dan mengatakan Kyiv seharusnya sudah memulai pembicaraan jauh lebih awal.

"Saya rasa saya punya kekuatan untuk mengakhiri perang ini," kata Trump.

Pembicaraan di Riyadh adalah pertama kalinya pejabat AS dan Rusia bertemu untuk membahas cara menghentikan konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. 

Baca Juga: Volume Pengiriman Minyak Rusia Turun Imbas Serangan Drone Ukraina

Ukraina mengatakan tidak akan menerima kesepakatan apa pun yang dipaksakan tanpa persetujuannya. 

Dan Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan kembali tidak boleh ada keputusan tanpa pimpinan Ukraina.

Bahkan sebelum pembicaraan berlangsung, beberapa politisi Eropa menuduh pemerintahan Trump memberikan konsesi gratis kepada Moskow minggu lalu dengan mengesampingkan keanggotaan NATO untuk Ukraina dan mengatakan bahwa Kyiv hanya ilusi karena percaya bahwa mereka dapat memenangkan kembali 20% wilayahnya yang sekarang berada di bawah kendali Rusia.

Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz mengatakan kepada wartawan di Riyadh bahwa perang harus berakhir secara permanen, dan ini akan melibatkan negosiasi atas wilayah.

"Realitas praktisnya adalah akan ada beberapa pembahasan tentang wilayah dan akan ada pembahasan tentang jaminan keamanan," katanya.

Menurut Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, tim perundingan tingkat tinggi akan memulai pembicaraan untuk mengakhiri konflik dan akan bekerja secara terpisah untuk memulihkan misi diplomatik masing-masing negara, di Washington dan Moskow, guna memudahkan pembicaraan ke depannya.

Baca Juga: AS dan Rusia Gelar Perundingan di Riyadh Tanpa Kehadiran Ukraina



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×