kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

AS justru dituduh ingin memulai perang mata uang dengan menjadikan yuan kambing hitam


Kamis, 08 Agustus 2019 / 18:20 WIB
AS justru dituduh ingin memulai perang mata uang dengan menjadikan yuan kambing hitam


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Amerika Serikat menuduh China sebagai manipulator mata uang dengan membiarkan yuan terus melemah. Namun, justru AS lah yang dinilai ingin memulai perang mata uang dengan menjadikan China sebagai kambing hitam.

Departemen Keuangan AS menunjuk Cina sebagai manipulator mata uang pada hari Senin setelah yuan melemah ke level 7 yuan per dolar AS di awal pekan ini.

Baca Juga: Yuan stabil bikin rupiah menguat hari ini, bagaimana nasib Jumat (9/8) besok

Ini adalah pertama kalinya sejak perdagangan yuan offshore dimulai di Hong Kong pada 2010, dan pertama kali di pasar on shore sejak April 2008.

Namun pengamat dari Akademi Ilmu Sosial Tiongkok Yu Yongding menilai tudingan China sebagai manipilator mata uang adalah hal yang tidak masuk akal.

“Adalah suatu hal konyol untuk melabeli China sebagai manipulator mata hanya karena satu perubahan kecil pada nilai tukar dalam satu hari perdagangan,” kata dia seperti dikutip South China Morning Post.

"Amerika Serikat sedang mencoba untuk memulai perang mata uang, dan telah bergegas mencari alasan untuk melakukannya dengan menuding China," lanjutnya.

Baca Juga: Makin panas, Amerika Serikat dan Australia merilis travel warning ke Hong Kong

Presiden Amerika Serikat Donald Trump memang beberapa kali melontarkan pendapatnya bahwa the greenback saat ini terlalu kuat. Hal ini menekan daya saing produk AS di pasar ekspor.

Lebih jauh, Yu menilai aksi pemerintahan Presiden AS Donald Trump ini akan membuka risiko resesi ekonomi global secara lebih lebar. Apalagi eskalasi perang dagang terus meningkat.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×