kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,98   -12,52   -1.36%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AS kenakan sanksi bagi mantan pemimpin Korea Utara, denuklirisasi terancam batal


Senin, 17 Desember 2018 / 17:18 WIB
AS kenakan sanksi bagi mantan pemimpin Korea Utara, denuklirisasi terancam batal
ILUSTRASI. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - PYONGYANG. Korea Utara telah memperingatkan bahwa sanksi baru Amerika Serikat (AS) terhadap tokoh-tokoh senior dalam rezim Korea Utara merupakan provokasi yang disengaja. Juga dapat menggagalkan upaya untuk denuklirisasi, setelah pembicaraan bersejarah antara Kim Jong-un dan Donal Trump digelar enam bulan lalu.

Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi Korean Central News Agency, Korea Utara memuji Trump atas kesediaannya untuk memperbaiki hubungan dengan Pyongyang. Namun Korea Utara mengatakan keputusan Departemen Keuangan AS untuk menjatuhkan sanksi pada tiga pejabat.

Sanksi ini terkait atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia bisa memblokir jalan menuju denuklirisasi di semenanjung Korea untuk selamanya.

“Kami telah mengusulkan bahwa hubungan DPRK dan AS ditingkatkan dengan pendekatan selangkah demi selangkah untuk menyelesaikan persoalan satu demi satu. Mengutamakan membangun kepercayaan,” tulis pernyataan resmi Korea Utara seperti mengutip The Guardian, Senin (17/12).

Korea Utara menggunakan akronim DPRK yang merujuk kepada Democratic People's Republic of Korea atau Republik Rakyat Demokratik Korea.

Direktur penelitian kebijakan dari Institut Studi Amerika untuk Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyatakan bahwa pejabat AS, terutama Departemen Luar Negeri telah bertekad untuk membawa hubungan DPRK-AS kembali ke status tahun lalu.

Status yang ditandai dengan peluncuran rudal balistik dan uji coba nuklir Korea Utara. Serta pertukaran verbal marah antara para pemimpin dua Negara ini.

Analis juga menilai bahwa Washington telah melakukan perhitungan yang salah strategi terhadap AS. AS percaya bahwa menerapkan lebih banyak tekanan ekonomi pada rezim Korea Utara akan memaksanya untuk meninggalkan program senjata nuklirnya. Sebaliknya, sanksi lebih lanjut bisa memblokir jalan ke denuklirisasi.

Pembicaraan antara Pyongyang dan Washington telah membuahkan sedikit kemajuan sejak Kim dan Trump menyetujui pernyataan samar-samar yang menempatkan Korea Utara di jalan menuju denuklirisasi ketika mereka bertemu di Singapura pada Juni lalu.

Kedua pihak belum menjadwalkan ulang pembicaraan tingkat kerja antara Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, dan rekan Korea Utara Kim Yong-Chol yang seharusnya dilakukan di New York pada awal November ini.

Pertemuan itu ditunda tanpa batas waktu setelah kedua pihak gagal menemukan landasan bersama atas permintaan Pyongyang untuk bantuan sanksi dan panggilan oleh Washington untuk kemajuan denuklirisasi.

Stephen Biegun, perwakilan khusus AS mengenai kebijakan Korea Utara, akan mengunjungi Seoul pekan ini untuk berunding dengan para pejabat Korea Selatan yang bertujuan menyelamatkan negosiasi denuklirisasi yang terbengkalai dengan Pyongyang, kata kantor berita Kyodo.

Tiga pejabat yang ditargetkan AS termasuk Choe Ryong-hae, diyakini dekat dengan dengan orang nomor satu Korea Utara, Kim Jong-un.

Di Korea Utara, saat ini tengah memperingati tahun ketujuh dari kematian mantan pemimpinnya, Kim Jong-il, dengan sumpah kesetiaan kepada putranya, Kim Jong-un.

Puluhan ribu orang di Pyongyang menawarkan bunga dan memberi penghormatan kepada mendiang pemimpin di Mansu Hill, lokasi patung-patung besar Kim Jong-il dan ayahnya serta pendiri Korea Utara, Kim Il-sung.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×