Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID -Â WASHINGTON. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Minggu (11 April), Amerika Serikat prihatin dengan tindakan agresif China terhadap Taiwan. Dan, dia memperingatkan, itu akan menjadi "kesalahan serius" bagi siapa pun untuk mencoba mengubah status quo dengan paksaan.
"Apa yang telah kami lihat, dan apa yang menjadi perhatian nyata kami, adalah tindakan yang semakin agresif oleh pemerintah di Beijing yang diarahkan ke Taiwan, meningkatkan ketegangan di Selat Taiwan," kata Blinken dalam wawancara dengan Meet the Press NBC, seperti dikutip Reuters.
China pada Kamis (8 April) menyalahkan Amerika Serikat atas ketegangan setelah kapal perang AS berlayar dekat Taiwan.
Menurut Blinken, AS memiliki komitmen jangka panjang di bawah Undang-Undang Hubungan Taiwan untuk memastikan pulau itu memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri serta perdamaian dan keamanan di Pasifik Barat.
Ditanya, apakah AS akan menanggapi secara militer tindakan China di Taiwan, Blinken menolak berkomentar tentang hipotesis.
Baca Juga: China ke AS: Haruskah kapal perang kami ke Teluk Meksiko untuk menunjukkan kekuatan?
"Yang bisa saya katakan adalah, kami memiliki komitmen serius agar Taiwan dapat mempertahankan diri. Kami memiliki komitmen serius untuk perdamaian dan keamanan di Pasifik Barat," tegasnya.
"Kami mendukung komitmen itu. Dan dalam konteks itu, akan menjadi kesalahan serius bagi siapa pun untuk mencoba mengubah status quo itu dengan paksa," imbuh dia.
Taiwan telah mengeluh selama beberapa bulan terakhir tentang misi berulang oleh Angkatan Udara China di dekat pulau itu, yang diklaim Beijing sebagai wilayahnya.
Gedung Putih pada Jumat (9 April) mengatakan, akan terus mencermati peningkatan aktivitas militer China di Selat Taiwan, dan menyebut tindakan Beijing berpotensi membuatnya tidak stabil.
Juga pada Jumat, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pedoman baru yang akan memungkinkan para pejabat negeri uak Sam untuk bertemu lebih bebas dengan pejabat dari Taiwan, sebuah langkah yang memperdalam hubungan dengan Taipei di tengah peningkatan aktivitas militer China di sekitar pulau itu.