kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asia ingin jadi pusat transaksi derivatif


Selasa, 05 September 2017 / 11:14 WIB
Asia ingin jadi pusat transaksi derivatif


Reporter: Avanty Nurdiana, Khomarul Hidayat | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - Diam-diam, Hong Kong dan Singapura ternyata tengah berupaya mengambil kesempatan merebut kue pasar lebih besar dari bisnis derivatif global yang senilai US$ 540 triliun. Dua negara yang menjadi pusat keuangan Asia itu memanfaatkan peluang dari peraturan baru perbankan Inggris dan Eropa yang kurang menarik bagi bisnis derivatif. Termasuk ketidakpastian akibat rencana Inggris meninggalkan Uni Eropa.

Sumber Reuters membisikkan, dalam lima bulan terakhir, regulator keuangan Hong Kong dan Singapura secara terpisah telah melakukan pembicaraan dengan Asosiasi Pasar dan Industri Keuangan Asia atau The Asia Securities Industry and Financial Markets Association (ASIFMA). Asosiasi ini merupakan perwakilan kreditur global di Asia.

Dalam pertemuan tersebut, Hong Kong Monetary Authority (HKMA) dan Otoritas Moneter Singapura (MAS) bahkan sampai menawarkan perubahan regulasi apa yang dibutuhkan agar lebih banyak bank mau melakukan transaksi derivatif di dua negara tersebut. Belum ada hitungan pasti mengenai potensi dana derivatif yang bisa dijaring oleh dua negara itu. Tapi yang jelas, jika upaya tersebut berhasil, mereka dapat menarik dana miliaran dollar dari bisnis derivatif.

Produk turunan yang ditawarkan mencakup produk seperti swap suku bunga dan derivatif valuta asing yang memungkinkan perusahaan dan investor melakukan lindung nilai terhadap kenaikan suku bunga dan fluktuasi mata uang.

Banyak bank berminat

Menurut data Bank for International Settlements, saat ini Asia tercatat hanya menguasai kurang dari 10% pasar derivatif over-the-counter global. Perbankan global lebih memilih London menjadi pusat pemesanan utama untuk transaksi derivatif. Pertimbangannya, selain menjadi pusat keuangan dunia, di London juga banyak talenta karyawan yang memiliki keahlian dalam mengelola dan memproses memproses pemesanan perdagangan.

Namun, dalam tiga tahun terakhir, banyak bank mulai menimbang-nimbang melakukan transaksi derivatif di Asia karena peraturan baru Inggris dan Eropa membuat Inggris kurang menarik lagi. Brexit juga mendorong banyak bank memindahkan beberapa operasional mereka, termasuk pemesanan perdagangan dari London.

Sumber Reuters menyebutkan, sejumlah bank ingin lebih banyak melakukan pemesanan perdagangan derivatif di Asia. Termasuk HSBC , Standard Chartered Bank, UBS dan Credit Suisse.

Dalam sebuah pernyataan, HSBC menyatakan akan mendukung klien mereka yang ingin mengejar peluang di Asia. "Hong Kong adalah salah satu pusat keuangan terkemuka di dunia dan terus menjadi jantung rencana pertumbuhan HSBC." tulis HSBC. Sementar, UBS, Standard Chartered dan Credit Suisse menolak berkomentar soal ini.




TERBARU

[X]
×