Sumber: Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia
SIDNEY. Kelesuan ekonomi masih membayangi Australia. Bank sentral Negeri Kangguru ini, Reserve Bank of Australia (RBA) memutuskan mempertahankan bunga di sudah berada di level terendahnya.
RBA mempertahankan bunga acuan di 2,5%, untuk bulan ke-13 berturut-turut. Keputusan mengenai bunga ini sesuai dengan perkiraan analis di pasar.
Salah satu pertimbangan Gubernur RBA Glenn Stevens dan tim moneternya adalah dollar Australia yang masih lebih mahal ketimbang dollar Amerika Serikat. "Dollar Australia masih di atas nilai fundamental, terutama mengingat harga komoditas yang masih turun," kata dia, dikutip Bloomberg.
Dengan bergantung pada hasil tambang, kondisi ini, menurut Stevens, menghambat mencapai hasil pertumbuhan ekonomi sesuai ekspektasi.
Lesunya ekonomi Australia kian terlihat ketika pengangguran naik menjadi 6,4% di bulan Juli, dibandingkan 6% di bulan Juni. Laba korporasi di Australia juga merosot 6,9% sepanjang kuartal dua dibanding tiga bulan sebelumnya.
Sektor pertambangan yang menjadi andalan Australia melemah dalam dua tahun terakhir. Australia mencoba menggenjot sektor lain seperti konstruksi, membantu menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi pekerja tambang.
Namun, aussie yang lebih mahal ketimbang dollar AS akan menjadi penghambat investasi di sektor-sektor baru. Korporasi juga kian irit mengeluarkan anggaran belanja.
Sementara itu, menurut Australia, kondisi ekonomi China masih sesuai dengan perkiraan. Kemarin, pemerintah China mengumumkan pelambatan sektor manufaktur di bulan Juli dibanding Juni.