Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Yudho Winarto
MOSKOW. Rusia membutuhkan dana besar untuk menyokong kelangsungan usaha salah satu perbankan milik negara, Vnesheconombank (VEV). Perusahaan tersebut membutuhkan dana talangan (bailout) senilai 1,3 triliun rubel atau setara US$ 18 miliar, agar bisa terus beroperasi.
Seperti diberitakan Bloomberg, Selasa (29/12), VEB selama ini menjadi salah satu sumber kas negara dalam mendanai proyek-proyek khusus milik pemerintah, di bawah komando Presiden Vladimir Putin.
Namun akibat sanksi ekonomi dari Amerika Serikat dan Uni Eropa terhadap Rusia, menyebabkan VEB tak lagi leluasa mendapat pendanaan murah dari dunia internasional.
Saat ini, VEB dihadapkan pada persoalan tumpukan utang dengan beban bunga yang kian tinggi. Total utang VEB kini berkisar US$ 16 miliar. Dalam beberapa tahun ke depan, VEB harus membayar utang jatuh tempo US$ 7,3 miliar.
Tidak ada harapan lain bagi VEB selain mendapatkan bailout dari pemerintah Rusia. "Pemerintah tidak akan tinggal diam membiarkan VEB menghadapi sendiri masalah yang disebabkan oleh memburuknya situasi ekonomi," janji Dmitry Medvedev, Perdana Menteri Rusia.