Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
LONDON. Rencana Inggris hengkang dari Uni Eropa yang populer dengan istilah british exit (brexit) mendapat protes dari kalangan industri. Bahkan bank terbesar dunia bersedia menyumbang dana membiayai kampanye menjaga Inggris tetap bagian Uni Eropa.
Ada tiga bank asal Amerika Serikat (AS) yang dikabarkan bakal menyediakan dana untuk kampanye tersebut. Mereka adalah Goldman Sachs, JPMorgan, dan Morgan Stanley.
Sumber Reuters menyebutkan, Goldman Sachs setuju menyumbangkan dana yang cukup substansial, sampai enam digit. JPMorgan juga sanggup menyumbang dana dengan nilai yang sama. Bank lain, Morgan Stanley dikabarkan ikut menyumbang. Namun nilainya belum diputuskan.
Ketiga bank tersebut enggan berkomentar mengenai hal tersebut. Kekhawatiran keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa karena Inggris berperan cukup besar di pusat pembiayaan global.
Tak hanya itu, Inggris juga menjadi pusat perdagangan untuk zona euro. Aksi brexit tentu membuat ancaman tersendiri. Kalau bank AS meminta Inggris tidak keluar dari keanggotaan Uni Eropa, bank-bank Inggris justru belum satu suara.
Sumber Reuters berbisik, Barclays tidak memiliki kebijakan untuk memberikan sumbangan politik. Sementara, Royal Bank of Scotland masih menunggu kejelasan posisi pemerintah.
George Soros, miliarder dan filantropis asal AS mengatakan jika Inggris cabut, maka Uni Eropa diambang kehancuran. Sebab saat ini Eropa tak hanya menghadapi satu krisis tapi ada sekitar lima krisis dalam waktu sama.
CEO Unilever Paul Polman juga mengatakan bisnis akan memburuk jika brexit terwujud. Sebab pergerakan barang akan terhambat karena keputusan ini.
Reformasi
Jurubicara kelompok pro Uni Eropa Britain Stronger mengatakan bahwa banyak pendonor kecil, dermawan, dan pebisnis khawatir akan kehilangan pekerjaan dan kenaikan harga jika Inggris keluar dari Uni Eropa.
Sementara itu, pendiri kelompok kelompok pro-brexit, Arrron Banks, menilai dukungan tersebut sangat wajar. "Referendum akan menjadi kampanye rakyat Inggris melawan opini bentukan bankir internasional, pengemplang pajak perusahaan multinasional, dan politisi tak tersentuh," kata dia.
Keinginan Inggris keluar dari Uni Eropa muncul karena masyarakat Inggris merasa tak mendapat manfaat dari Uni Eropa. Inggris akan menggelar referendum soal keanggotaan di Uni Eropa pada tahun ini atau akhir 2017.
Hingga saat ini tanggal pasti referendum belum ada. Perdana Menteri Inggris David Cameron, kemarin, mendesak para pemimpin negara di pertemuan World Economic Forum (WEF) untuk berdiskusi mengenai manfaat Inggris bila tetap menjadi anggota. Termasuk, rencana reformasi Uni Eropa seperti mengatasi imigrasi, kedaulatan, serta daya saing.