Sumber: BBC | Editor: Dikky Setiawan
WASHINGTON DC. Bank Dunia mengingatkan adanya ancaman baru bagi negara-negara berkembang yang sedang berupaya menekan angka kemiskinan.
Berdasarkan laporan terbaru Bank Dunia bertajuk Prospek Ekonomi Global Januari 2016 yang dipublikasikan Rabu waktu Amerika Serikat, Bank Dunia memperkirakan ekonomi global di tahun ini hanya akan tumbuh tipis dibandingkan tahun lalu.
Laporan itu juga menyebutkan, tahun ini akan terjadi peningkatan risiko terhadap ekonomi global. Salah satu risiko tersebut, menurut Bank Dunia, adalah perlambatan ekonomi China.
Namun, masih ada beberapa elemen optimistis dari laporan World Bank. Bank Dunia memproyeksi, perekonomian global tahun ini akan tumbuh 2,9% atau lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang mencapai 2,4%. Namun, laju pertumbuhan sebesar itu belum cukup kuat menopang perekonomian global.
Sementara itu, Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang hanya sebesar 4,8% pada 2016, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Kawasan Asia Selatan, yang dipimpin oleh India, disebut Bank Dunia menjadi “titik terang” pertumbuhan ekonomi global.
Sedangkan negara-negara besar lainnya yang tergabung dalam BRIC seperti China, pertumbuhan ekonominya diproyeksi masih melambat. Adapun, Brazil dan Rusia akan tetap berada dalam jurang resesi.
Kendati Basu tidak menyebutkan negara utama yang berada dibalik perlambatan ekonomi negara berkembang, tapi mudah ditebak bahwa negara yang dimaksud adalah China. Karena itu, Bank Dunia mengingatkan pelemahan ekonomi di negara utama bisa menimbulkan ancaman bagi negara berkembang dalam upayanya menekan angka kemiskinan.
Kemiskinan akan semakin terkonsentrasi bagi pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang mengandalkan eksploitasi sumber daya alam. Ekonomi sumber daya alam telah terpukul oleh jatuhnya harga komoditas. Selain itu, banyak rumah tangga miskin di negara-negara berkembang tertekan tingginya harga barang impor, akibat pelemahan mata uang domestiknya