kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Sentral Australia dan India gelontorkan stimulus lanjutan


Selasa, 02 Februari 2021 / 15:59 WIB
Bank Sentral Australia dan India gelontorkan stimulus lanjutan
ILUSTRASI. The Reserve Bank of Australia (RBA) .REUTERS/Jason Reed/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD - SEARCH GLOBAL BUSINESS 18 DEC FOR ALL IMAGES.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - CANBERRA. Bank-bank sentral di dunia telah merencanakan stimulus lanjutan untuk menyelamatkan ekonomi negara di tahun 2021. Salah satunya Bank Sentral Australia yang memperpanjang program pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE) lanjutan senilai A$ 100 miliar atau setara US$ 76,4 miliar yang akan berakhir pada pertengahan April 2021. Bank Sentral Australia juga mengatakan pihaknya tidak berharap untuk menaikkan suku bunga utamanya paling tidak sampai 2024. 

Gubernur Reserve Bank of Australia (RBA) Philip Lowe memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan dan target imbal hasil tiga tahun di 0,10% pada hari Selasa (2/1), sesuai dengan ekspektasi pasar dan ekonom. Selain program QE, RBA juga mengoperasikan fasilitas pinjaman bank untuk mendukung perekonomian. 

"Dewan tidak akan menaikkan suku bunga sampai inflasi dapat dipertahankan dalam kisaran target 2% sampai 3%," kata Lowe dalam pernyataan resminya. 
Dia juga menyebut, untuk mencapai hal tersebut pertumbuhan upah harus lebih tinggi secara material daripada saat ini. 

"Ini akan membutuhkan pendapatan yang signifikan dalam pekerjaan dan pengembalian ke pasar tenaga kerja yang ketat. Dewan tidak mengharapkan kondisi ini terpenuhi paling cepat hingga tahun 2024," terangnya seperti dilansir Bloomberg, Selasa (2/1). 

Akibat kabar tersebut, Dolar Australia turun 0,3% di pasar valas. Sementara itu di Sydney, Australia menikmati pemulihan penyebaran virus lantaran Covid-19 bisa ditekan, hal ini berhasil meningkatkan kepercayaan dan mendorong belanja masyarakat dan memicu pembukaan lapangan kerja. Harga rumah juga telah pulih dan akan semakin menguat karena Australia menekan rekor biaya pinjaman yang rendah. 

Baca Juga: Bursa Australia melonjak 1,1%, saham perbankan dan tambang rebound pada Jumat (29/1)

Tujuan utama dari proram QE adalah untuk menahan nilai tukar, yang telah dipicu oleh situasi kesehatan Australia yang lebih baik serta harga komoditas yang tinggi dan didukung oleh program stimulus luar negeri yang besar. Dolar Australia tercatat bertahan 33% sejak titik terendah di bulan Maret 2020 lalu. 

Bukan cuma Australia, rencana pengeluaran besar-besaran senilai US$ 500 miliar yang diumumkan oleh Perdana Menteri India Narendra Modi diperkirakan akan mulai mendorong pertumbuhan ekonomi yang dilanda pandemi Covid-19. 

Hanya saja, hal itu mungkin tidak cukup untuk mengurangi meningkatnya pengangguran dan kemiskinan di India. 

Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman pada hari Senin (1/2) lalu telah mengumumkan anggaran nasional itu akan menyebabkan defisit fiskal membengkak jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan sebesar 9,5% pada tahun berjalan yang berakhir di Maret 2021 karena pengeluaran tambahan. 

Investor pasar saham menyambut rencana tersebut, dengan harapan hal itu mampu mendorong kebangkitan ekonomi. 

Namun, bayang-bayang hilangnya pekerjaan, kelaparan dan tekanan pada sektor pertanian dan pedesaan tetap menghantui India. Faktanya, defisit yang membengkak itu bisa memaksa Pemerintah Modi untuk mengekang pengeluaran untuk beberapa program pedesaan di tahun fiskal mendatang. 

Modi mengurangi alokasi anggaran untuk pembangunan pedesaan, yang mencakup program jaminan pekerjaan, pengeluaran untuk jalan pedesaan dan pensiun bagi para janda, sebesar 10% menjadi 1,95 triliun rupee pada April 2021. Hal itu akan membantu pemerintahannya meningkatkan investasi dan menjaga pengeluaran yang telah digelontorkan sebanyak US$ 480 miliar tahun lalu. 

Menurut Abheek Barua, Kepala Ekonom di HDFC Bank LTd tujuan utama kebijakan fiskal ini adalah untuk mendukung pertumbuhan dan menghindari kekhawatiran atas utang lanjutan dan peringkat negara. "Meskipun demikian, anggaran tidak secara memadai mengatasi kekhawatiran pertumbuhan," katanya. 

Selanjutnya: Bubble pasar saham mengancam, Bank Sentral China tarik dana dari pasar




TERBARU

[X]
×