Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - LONDON. Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa boleh saja melarang pengiriman mata uang dollar AS dan euro ke Rusia. Kendati begitu, aliran dana berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) dan euro ke negeri beruang kutub ini ternyata tetap tinggi.
Nilai aliran dana dalam dollar AS dan euro yang masuk Rusia sejak pelarangan di Maret 2022 hingga akhir 2023 tersebut diperkirakan mencapai US$ 2,3 miliar. Ini dihitung menurut data bea cukai, yang diperoleh dari pemasok komersial yang mencatat informasi tersebut.
Menurut catatan bea cukai, lebih dari seperempat dari US$ 2,27 miliar uang kertas diimpor oleh bank. Sebagian besar sebagai pembayaran logam mulia.
Baca Juga: Google Nonaktifkan Akun AdSense yang Berbasis di Rusia
Beberapa bank Rusia menerima uang tunai senilai US$ 580 juta dari luar negeri antara Maret 2022-Desember 2023. Dana tersebut digunakan untuk membayar logam mulia. Menurut catatan tersebut, pengiriman emas atau perak ditujukan ke perusahaan yang memasok uang kertas.
Bank asal Rusia Vitabank mengimpor US$ 64,8 juta uang kertas dari Demas Kuyumculuk, perusahaan perdagangan emas asal Turki, pada tahun 2022 dan 2023. Selama periode sama, Vitabank mengekspor emas dan perak senilai US$ 59,5 juta ke perusahaan Turki tersebut.
Sumber Reuters yang mengetahui operasi tersebut mengatakan, uang dikirim ke Rusia melalui Uni Emirat Arab. Ini dilakukan untuk memenuhi kontrak yang sudah ditandatangani dengan pemasok emas Rusia sebelum pemberlakuan sanksi negara-negara Barat.
Antisipasi lebih dulu
Data yang diperoleh Reuters juga menunjukkan, terjadi peningkatan pengiriman uang tunai ke Rusia sebelum invasi. Antara November 2021 hingga Februari 2022, uang kertas dollar AS dan euro yang masuk ke Rusia mencapai US$ 18,9 miliar, naik dari empat bulan sebelumnya yang cuma US$ 17 juta.
Ini menunjukkan dollar AS dan euro tetap menjadi alat pembayaran untuk transaksi perdagangan dan perjalanan. Uang tunai yang masuk ke Rusia berasal dari negara yang belum memberlakukan pembatasan perdagangan dengan Rusia, seperti Uni Emirat Arab dan Turki.
Daniel Pickard, Group Leader Praktik Perdagangan Internasional & Keamanan Nasional di Buchanan Ingersoll & Rooney mengatakan, lonjakan pengiriman sebelum invasi menunjukkan orang Rusia ingin melindungi diri dari kemungkinan sanksi.
Baca Juga: Memanasnya Tensi di Timur Tengah Dorong Prospek Harga Minyak Dunia
"Rusia telah belajar cara menghindari dan mengurangi konsekuensi ekonomi," kata Pickard. Ia menambahkan, data tersebut hampir pasti tidak menunjukkan arus mata uang yang sebenarnya.
Bank sentral Rusia juga sejatinya membatasi penarikan tunai mata uang asing oleh individu setelah invasi Ukraina untuk mendukung nilai tukar rubel. Menurut data, hanya US$ 98 juta uang kertas dollar AS dan euro meninggalkan Rusia pada Februari 2022 hingga akhir 2023