Sumber: Yahoo Finance,Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Google, perusahaan teknologi multinasional yang dikenal luas, baru-baru ini mengumumkan keputusan penting terkait layanan AdSense mereka di Rusia. Keputusan ini mengarah pada dampak signifikan bagi pemilik situs web dan pembuat konten yang mengandalkan platform iklan Google untuk monetisasi.
Google AdSense adalah layanan yang memungkinkan pemilik situs web dan konten, termasuk YouTube, untuk menghasilkan pendapatan dari penempatan iklan yang dikelola oleh Google.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, situasi politik dan ekonomi yang tidak stabil di Rusia telah memengaruhi operasional perusahaan. Seiring dengan perkembangan terbaru, Google memutuskan untuk menonaktifkan akun-akun AdSense yang berada di Rusia.
Menurut pernyataan juru bicara Google, keputusan ini diambil karena situasi yang sedang berkembang di Rusia yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk melakukan pembayaran kepada pengguna layanan iklan di negara tersebut.
Baca Juga: Akun Google Business Beberapa Hotel Diretas, PHRI Lapor Pihak Berwajib
"Karena perkembangan yang sedang berlangsung di Rusia, kami tidak lagi dapat melakukan pembayaran kepada akun AdSense yang berbasis di Rusia yang telah berhasil terus memonetisasi lalu lintas di luar Rusia," ungkap juru bicara tersebut.
Akun-akun ini akan dinonaktifkan secara efektif pada Agustus 2024.
Dampak Terhadap Pengguna AdSense di Rusia
Google telah mengirimkan pesan kepada akun-akun yang tersisa untuk memberitahukan keputusan ini. Pesan tersebut menyebutkan bahwa pendapatan untuk bulan Juli akan disalurkan sekitar tanggal 21–26 Agustus, asalkan tidak ada penahanan pembayaran aktif dan memenuhi ambang batas pembayaran minimum.
Langkah ini merupakan bentuk upaya Google untuk memastikan proses transisi yang lancar bagi pengguna yang terdampak.
Namun, langkah ini tidak menghindarkan Google dari kritik. Beberapa pihak di Rusia menyalahkan Google atas penurunan kecepatan di platform YouTube, dengan klaim bahwa Google gagal memperbarui peralatannya sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.
Google dan para ahli teknologi membantah klaim tersebut, menyatakan bahwa penurunan kecepatan bukan disebabkan oleh kegagalan teknis tetapi lebih kepada kendala operasional yang kompleks.
Baca Juga: Mantan CEO YouTube, Susan Wojcicki Meninggal Dunia Karena Kanker Paru-Paru
Tekanan dan Kontroversi
Google telah menghadapi tekanan di Rusia selama beberapa tahun terakhir, terutama terkait dengan konten yang dianggap ilegal oleh Moskow. YouTube, sebagai platform yang relatif bebas dalam hal ekspresi online, telah menjadi target utama pengawasan dan pembatasan.
Meski begitu, Google tetap mempertahankan kebijakan untuk menangguhkan iklan pada konten yang mengeksploitasi, mengabaikan, atau mendukung perang Rusia di Ukraina. Hingga saat ini, Google telah memblokir lebih dari 1.000 saluran YouTube, termasuk saluran berita yang didukung negara, serta lebih dari 5,5 juta video.
Tindakan ini juga diikuti oleh undang-undang Rusia yang melarang iklan pada publikasi yang dikelola oleh "agen asing", sebuah label yang diberikan kepada politikus anti-Kremlin, aktivis, dan media.
Anton Gorelkin, wakil ketua komite parlemen Rusia tentang kebijakan informasi, menuduh Google mendukung pembagian ruang online menjadi "kami" dan "mereka". "Google terus memisahkan warga berdasarkan kebangsaan, sepenuhnya menutup kemungkinan monetisasi untuk warga Rusia," kata Gorelkin melalui Telegram.