Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Bank Sentral Thailand memangkas suku bunga acuannya ke level terendah dalam hampir tiga tahun pada Rabu (13/8/2025) untuk mendorong ekonomi yang melambat akibat tarif impor AS, penurunan harga, dan lemahnya kunjungan wisatawan asing.
Pasar memperkirakan langkah ini akan diikuti pemangkasan lanjutan tahun ini.
Baca Juga: Tiga Tentara Thailand Kena Ranjau Darat Saat Berpatroli di Daerah Perbatasan
Komite kebijakan moneter secara bulat memangkas suku bunga repo satu hari sebesar 25 basis poin menjadi 1,50%, terendah sejak akhir 2022. Ini merupakan pemangkasan keempat dalam 10 bulan terakhir.
Ekonomi Thailand diproyeksikan tumbuh sesuai perkiraan sebelumnya, yakni 2,3% tahun ini dan 1,7% tahun depan.
Namun, Bank of Thailand (BoT) menilai kebijakan perdagangan AS akan memperburuk masalah struktural dan melemahkan daya saing, terutama bagi usaha kecil.
“Komite memandang kebijakan moneter perlu tetap akomodatif ke depan untuk mendukung perekonomian,” tulis BoT dalam pernyataan resmi.
Baca Juga: Gelar Pameran Dagang di Jakarta, Thailand Incar Negosiasi Capai THB 30 Juta Setahun
Asisten Gubernur BoT Sakkapop Panyanukul mengatakan, prospek pertumbuhan tahun ini masih memiliki potensi kenaikan berkat lonjakan ekspor.
Ekspor, pendorong utama pertumbuhan naik 15% secara tahunan pada paruh pertama 2025 karena eksportir bergegas mengirim barang sebelum tarif AS diberlakukan.
Sejak 7 Agustus, tarif AS terhadap sebagian besar mitra dagang mulai berlaku, dengan tarif untuk impor dari Thailand ditetapkan sebesar 19%.
Meski demikian, Sakkapop memperkirakan ekonomi akan melambat pada paruh kedua, walau kecil kemungkinan terjadi resesi teknis. BoT siap memangkas suku bunga lebih lanjut jika terjadi guncangan besar.
Ekonom Capital Economics Gareth Leather memproyeksikan pemangkasan tambahan 50 basis poin sebelum akhir tahun.
Baca Juga: Gencatan Senjata Disepakati, ASEAN Kirim Tim Pengamat ke Perbatasan Thailand-Kamboja
Analis memperkirakan langkah tersebut kemungkinan dilakukan pada rapat Oktober dan Desember.
Rapat kebijakan Rabu ini menjadi yang terakhir bagi Gubernur BoT Sethaput Suthiwartnarueput.
Mulai Oktober, posisinya akan diisi oleh Vitai Ratanakorn yang dikenal cenderung dovish dan telah menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga akan mendukung pertumbuhan.
HSBC memprediksi BoT akan memangkas suku bunga hingga 1,00% pada kuartal I-2026.
Sementara itu, Kepala Riset Pasar Modal Kasikornbank, Kobsidthi Silpachai, memperkirakan pemangkasan berikutnya pada Desember.
BoT juga menegaskan akan memastikan pergerakan mata uang baht sesuai fundamental ekonomi. Setelah pengumuman, baht berbalik melemah 0,1%, sementara bursa saham Thailand memperpanjang penguatan.
Baca Juga: Bank Sentral Indonesia, Malaysia dan Thailand Perluas Kerjasama Mata Uang Lokal
Menteri Keuangan Pichai Chunhavajira mengatakan penurunan suku bunga akan meningkatkan likuiditas dan membantu eksportir melalui pelemahan baht, yang sejauh ini telah menguat lebih dari 6% terhadap dolar AS tahun ini.
BoT sebelumnya memproyeksikan ekonomi Thailand tumbuh 2,3% pada 2025 dengan ekspor naik 4%, menggunakan asumsi tarif AS sebesar 18%. Tahun lalu, ekonomi Thailand tumbuh 2,5%, tertinggal dibandingkan negara kawasan.
Ketidakpastian masih membayangi terkait tarif AS untuk barang transit melalui Thailand dari negara ketiga.
AS merupakan pasar ekspor terbesar Thailand tahun lalu, menyumbang 18,3% dari total pengiriman dengan nilai US$55 miliar.
Inflasi konsumen Thailand pada Juli turun 0,7% secara tahunan (YoY), penurunan empat bulan berturut-turut dan berada di bawah target bank sentral 1%-3% untuk bulan kelima berturut-turut. BoT memproyeksikan inflasi umum tahun ini sebesar 0,5% dan inflasi inti 1%.
Tantangan ekonomi Thailand diperberat oleh gejolak politik terbaru yang dapat mengguncang posisi Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra atau koalisi pemerintah yang dipimpin partai Pheu Thai.