Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Sentral India (Reserve Bank of India/RBI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,50% pada pertemuan kebijakan terbarunya, Rabu (6/8/2025).
Keputusan ini sesuai perkiraan pasar, meskipun inflasi berada di level rendah dan tekanan perdagangan global semakin meningkat.
Ekonomi Dinilai Tetap Stabil, Meski Dihantui Risiko Perdagangan
Gubernur RBI Sanjay Malhotra menyatakan perekonomian India tetap berada pada jalur stabil. Namun, risiko eksternal masih membayangi, termasuk rencana Amerika Serikat memberlakukan tarif impor sebesar 25% terhadap produk India mulai Jumat ini, serta ancaman tarif tambahan dari Presiden Donald Trump terkait impor minyak India dari Rusia.
“Prospek ekonomi India tetap cerah, meskipun tantangan perdagangan global masih berlangsung,” kata Malhotra dalam pernyataannya.
Inflasi Rendah, Tapi Berpotensi Naik di Akhir Tahun
Inflasi utama India pada Juni 2025 turun ke level terendah enam tahun, yakni 2,10%, dan diperkirakan akan mencapai rekor terendah baru pada Juli sebelum naik kembali di akhir tahun. RBI memangkas proyeksi inflasi tahunan menjadi 3,1% dari sebelumnya 3,7%.
Baca Juga: Trump Perintahkan untuk Selidiki Kasus Debanking terhadap Industri Kripto
Meski begitu, Malhotra menegaskan bahwa inflasi inti (core inflation) masih stabil dan kemungkinan bertahan sedikit di atas 4%. Penurunan inflasi yang signifikan sejauh ini terutama dipengaruhi oleh harga pangan yang sangat fluktuatif.
Kebijakan Moneter: Sinyal “Wait and See”
Seluruh anggota Komite Kebijakan Moneter (MPC) RBI sepakat untuk mempertahankan suku bunga acuan dan melanjutkan sikap kebijakan “netral”. Sejak awal 2025, RBI telah memangkas suku bunga repo sebesar 100 basis poin, termasuk pemotongan mengejutkan 50 bps pada Juni.
Para analis menilai keputusan ini menunjukkan RBI berada pada mode “wait and see” untuk melihat efektivitas pelonggaran moneter sebelumnya. Beberapa ekonom memperkirakan masih ada ruang untuk pemangkasan tambahan sebesar 25–50 bps jika kondisi global memburuk.
“Transmisi dari pelonggaran moneter sebelumnya dan kondisi global saat ini membuat RBI cenderung menunggu. Masih ada peluang pemangkasan 50 bps tambahan,” ujar Sujan Hajra, Kepala Ekonom Anand Rathi Group.
Baca Juga: Stanford University PHK Lebih dari 360 Pegawai, Salahkan Kebijakan Trump
Pasar Obligasi dan Saham Bereaksi Dingin
Pasar obligasi India merespons dengan kenaikan imbal hasil. Yield obligasi pemerintah 10 tahun naik 4 bps menjadi 6,3701%, sementara nilai tukar rupee relatif stabil di 87,7350 per dolar AS. Indeks saham utama India justru terkoreksi tipis sekitar 0,2%.
Beberapa pelaku pasar menilai pernyataan RBI kali ini tidak memberikan sinyal pelonggaran lanjutan secara eksplisit, sehingga arah kebijakan suku bunga berikutnya masih terbuka.
Tantangan Eksternal: Tarif AS hingga Geopolitik Global
Meskipun RBI mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi di 6,5% untuk 2025, sejumlah ekonom memperkirakan tarif impor AS yang lebih tinggi dapat mengurangi pertumbuhan hingga 40 basis poin dan menekan investasi bisnis.
Pemerintah India saat ini masih berupaya bernegosiasi untuk membatasi tarif hanya 15%, namun pembicaraan dengan Washington belum membuahkan hasil. Sementara itu, AS mengkritik pembelian minyak India dari Rusia, yang menjadi salah satu faktor ketegangan perdagangan.
RBI juga mencatat risiko dari ketegangan geopolitik berkepanjangan, ketidakpastian global, dan volatilitas pasar keuangan internasional yang dapat mengganggu prospek pertumbuhan.
Baca Juga: Trump Segera Umumkan Calon Gubernur The Fed, Pertimbangkan 4 Nama Pengganti Powell
Prospek ke Depan
Sejumlah analis menilai ruang pelonggaran suku bunga masih ada, terutama jika pertumbuhan ekonomi melambat akibat tekanan eksternal. Namun, pernyataan Gubernur Malhotra menunjukkan bahwa ambang batas untuk melakukan pelonggaran tambahan kini lebih tinggi.
“Risiko terhadap pertumbuhan akan semakin terlihat dengan adanya perubahan besar pada kondisi global. Hal ini bisa membuka ruang untuk pelonggaran lebih lanjut di sisa tahun ini,” kata Madhavi Arora, Kepala Ekonom Emkay Global Financial Services.
RBI juga memastikan akan menjaga likuiditas pasar tetap memadai, sehingga transmisi kebijakan moneter dapat berjalan efektif. Bank sentral tetap menggunakan suku bunga pasar uang antarbank semalam (overnight inter-bank call money rate) sebagai sasaran operasional kebijakan moneternya.