kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Belajar dari krisis Asia, Park berisnis di negara berkembang (3)


Jumat, 25 Januari 2019 / 10:55 WIB
Belajar dari krisis Asia, Park berisnis di negara berkembang (3)


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tri Adi

Dari setiap krisis pasti ada pelajaran yang bisa diambil. Park Hyeon-Joo mengambil pelajaran dari krisis Asia tahun 1997. Membangun Mirae di saat krisis malahan membuat Park bisa memilih di pasar negara berkembang. Hasilnya produk reksadana ia ciptakan dan laku di pasaran. Park juga jeli melihat pasar di China. Walau banyak yang ragu, Park tetap bersikeras membuka Mirae di negeri Tiongkok. Seorang profesor di Harvard University pun memuji kelihaian Park.

Park Hyeon-Joo sukses membangun Mirae Asset Global Investment. Sehingga ia mendapat julukan Bapak Reksadana dari Korea Selatan.

Namun agar bisa menjadi sekarang ini bukanlah jalan yang mudah. Berbagai rintangan Park lewati bersama koleganya.

Saat awal mendirikan Mirae, Park langsung merasakan guncangan. Mirae yang dibentuk Juni 1997 oleh Park dan enam koleganya dengan modal US$11,2 juta itu memang terhitung enam bulan sebelum krisis menyerang Korea. Hasilnya 17 dari 30 perusahaan terbesar di Korea bangkrut, indeks bursa Korea jatuh ke level 280 dari sebelumnya di posisi 820.

Koo Jae Seng, salah satu kolega Park yang ikut mendirikan Mirae mengakui mereka bertujuh naif. Koo menganggap saat itu krisis finansial di Asia tak akan mampir di Korea, sebab semuanya tak telihat seperti sedang terjadi krisis.

Namun Park tak mau bersedih lama-lama. Bersama koleganya, Park mulai mempelajari secara intensif krisis-krisis keuangan tak hanya medio 1998.

Niatnya agar mereka mengetahui bagaimana para negara-negara terjangkit krisis bisa kembali bangkit. Dari hal ini, Park dapat satu pelajaran, bahwa pasar di negara-negara berkembang lebih tahan krisis, pun jika terdampak lebih cepat pulihnya.

Ini pula yang membuat bidikan utama Mirae berada di negara-negara berkembang. Mirae terlebih dahulu mendirikan cabang di negara seperti China, Vietnam, Brasil, India, dibanding membuka cabang di New York, dan London.

Pasca krisis, Park kembali melihat peluang, ketika IMF meminta pemerintah Korea melonggarkan beberapa regulasi investasi, salah satunya terkait kelonggaran permodalan perusahaan manajemen aset.

Ia merilis reksadana pertama di negeri ginseng tersebut bertajuk Park Hyeon joo Fund I, yang menawarkan imbal hasil 95% pertahun yang berdasar dari aset-aset perusahaan besar di Korea macam Samsung Electronics, dan SK Telecom.

Hasilnya spektakuler, reksadana tersebut ludes hanya dalam waktu dua jam dengan nilai penjualan mencapai US$ 42 juta. Di tahun-tahun berikutnya seiring deregulasi yang makin kencang dijalankan pemerintah Korea, Park kembali merilis beberapa seri reksadana Park Hyeon Joo Fund sejak 2001.

Beda dengan seri perdana seri selanjutnya bersifat terbuka atau dapat diperdagangkan kembali. Sejak 2001-2007, tercatat imbal hasil reksadana tersebut 700%.

Park bilang bahwa kesuksesannya di Mirae tak sekadar soal manajemen bisnis, diversifikasi produk, ia turut membangun citra perusahaan yang kredibel sehingga dapat dipercaya calon investor. "Kami mengalokasikan modal 12 juta Won untuk membangun citra perusahaan, sementara modal kami untuk gaji pegawai hanya 10 juta Won," katanya.

Ia juga jeli melihat pasar. Misalnya di tahun 2002, Park berniat membuka Mirae di China. Sontak langkahnya itu dipertanyakan perusahaan aset manajemen asal China sendiri, mengingat pasar belum stabil pasca krisis.

Namun demi citra, Mirae merupakan perusahaan skala global, Park tetap bertekad masuk ke Tiongkok. Hasilnya di tahun 2003, Mirae berdiri di China. Park menilai perusahaan investasi di China kurang berinovasi.

Insting bisnis Park banyak ia dapatkan dari kursus singkat di Sekolah Bisnis Harvard, tahun 2002. Termasuk ide strategi jangka panjang bahwa Mirae memilih fokus ke pasar negara berkembang. Lantaran hal tersebut, tahun 2009 seorang Profesor Harvard, Mukti Khaire, memuji Park dan menuliskan kesuksesan Park. Mukti menyebutkan Park memiliki perspektif unik dan strategi investasi jangka panjang.

(Bersambung)




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×