Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tri Adi
Ia merilis reksadana pertama di negeri ginseng tersebut bertajuk Park Hyeon joo Fund I, yang menawarkan imbal hasil 95% pertahun yang berdasar dari aset-aset perusahaan besar di Korea macam Samsung Electronics, dan SK Telecom.
Hasilnya spektakuler, reksadana tersebut ludes hanya dalam waktu dua jam dengan nilai penjualan mencapai US$ 42 juta. Di tahun-tahun berikutnya seiring deregulasi yang makin kencang dijalankan pemerintah Korea, Park kembali merilis beberapa seri reksadana Park Hyeon Joo Fund sejak 2001.
Beda dengan seri perdana seri selanjutnya bersifat terbuka atau dapat diperdagangkan kembali. Sejak 2001-2007, tercatat imbal hasil reksadana tersebut 700%.
Park bilang bahwa kesuksesannya di Mirae tak sekadar soal manajemen bisnis, diversifikasi produk, ia turut membangun citra perusahaan yang kredibel sehingga dapat dipercaya calon investor. "Kami mengalokasikan modal 12 juta Won untuk membangun citra perusahaan, sementara modal kami untuk gaji pegawai hanya 10 juta Won," katanya.
Ia juga jeli melihat pasar. Misalnya di tahun 2002, Park berniat membuka Mirae di China. Sontak langkahnya itu dipertanyakan perusahaan aset manajemen asal China sendiri, mengingat pasar belum stabil pasca krisis.
Namun demi citra, Mirae merupakan perusahaan skala global, Park tetap bertekad masuk ke Tiongkok. Hasilnya di tahun 2003, Mirae berdiri di China. Park menilai perusahaan investasi di China kurang berinovasi.
Insting bisnis Park banyak ia dapatkan dari kursus singkat di Sekolah Bisnis Harvard, tahun 2002. Termasuk ide strategi jangka panjang bahwa Mirae memilih fokus ke pasar negara berkembang. Lantaran hal tersebut, tahun 2009 seorang Profesor Harvard, Mukti Khaire, memuji Park dan menuliskan kesuksesan Park. Mukti menyebutkan Park memiliki perspektif unik dan strategi investasi jangka panjang.
(Bersambung)