Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TOKYO. Lagi-lagi, hari ini (19/8), Bank of Japan (BOJ) memutuskan untuk menahan tingkat suku bunganya. Gubernur BOJ Masaaki Shirakawa dan keenam rekannya menyatakan tidak akan mengubah tingkat suku bunga pada level 0,5%. Angka tersebut merupakan yang terendah di antara negara-negara industrialisasi.
Keputusan yang diambil BOJ itu bukan tanpa alasan. Bank sentral Negeri Sakura itu bilang, saat ini perekonomian sedang “mandeg” karena tingginya inflasi dan turunnya tingkat ekspor. Langkah yang diambil BOJ itu memang sudah diprediksi sebelumnya oleh 32 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg.
“Pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan karena tingginya harga energi dan bahan baku, sekaligus rendahnya tingkat ekspor. Sepertinya, kondisi ini tidak akan mengalami perubahan selama beberapa waktu, namun akan mengalami perbaikan secara bertahap,” kata BOJ, hari ini.
Asal tahu saja, negara dengan perekonomian kedua terbesar dunia itu mengalami perlambatan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan rata-rata hanya mencapai 2,4% pada kuartal II lalu. Salah satu pemicu utamanya yakni tingkat inflasi pada tiga bulan kedua 2008 lalu meroket dan mencapai nilai tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Tentunya hal itu menyebabkan daya beli masyarakat dunia melemah dan memicu perlambatan ekonomi global yang memangkas tingkat ekspor.
Dalam laporan mengenai tingkat produk domestik bruto yang dirilis minggu lalu, tingkat ekspor Jepang mengalami penurunan terendah sejak resesi ekonomi pada 2001-2002. Padahal, ekonomi Jepang sangat bersandar dari pendapatan ekspor tersebut.
Para ekonom menilai, kondisi perekonomian belum akan pulih dalam waktu dekat. “Saat ini, fokus utama yang harus diperhatikan adalah seberapa lama penurunan ekonomi ini akan berlangsung,” kata Hiroaki Muto, ekonom senior Sumitomo Mitsui Asset Management Co. Dia memprediksikan, perekonomian tidak akan pulih hingga 2010 mendatang. “Dengan demikian, tingkat suku bunga juga tidak akan dinaikkan sebelum itu terjadi,” jelas Mitsui.
Sekadar informasi, bulan lalu, BOJ memangkas ramalan pertumbuhan ekonominya untuk tahun keuangan yang berakhir Maret dari 1,5% menjadi 1,2%. BOJ bilang, tingginya harga komoditi itu mempengaruhi ekspansi Jepang ke negara lain.
Namun, menurut ekonom JP Morgan Chase & Co, bank sentral harus menurunkan lagi prediksinya pada pengumuman target perekonomian berikutnya yang akan dihelat pada Oktober mendatang. “Soalnya, perekonomian akan menjadi sangat sulit untuk berkembang seperti yang ditargetkan bank sentral bulan lalu,” kata Kanno.
Catatan saja, pada Juni lalu tingkat inflasi, tidak termasuk makanan segar, meningkat 1,9% dibanding tahun sebelumnya. Angka tersebut merupakan kenaikan harga tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Selain itu, pengeluaran perusahaan untuk bahan bakar dan bahan baku naik 7,1% pada bulan Juli, dan merupakan angka tertinggi sejak terjadinya krisis minyak kedua 27 tahun yang lalu.